Sabtu 17 Sep 2016 15:16 WIB

Laporan: Mayoritas Target Serangan Saudi di Yaman Bukan Militer

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman dari udara menyusul tewasnya puluhan tentara oleh kelompok Houthi, Ahad (6/9).
Foto: press tv
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman dari udara menyusul tewasnya puluhan tentara oleh kelompok Houthi, Ahad (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Laporan terbaru menyebut koalisi pimpin Arab Saudi lebih banyak menghantam target nonmiliter di Yaman. Penelitian yang dilakukan Guardian menyebut lebih dari satu per tiga serangan koalisi berakhir di situs sipil termasuk rumah sakit, sekolah dan masjid.

Pada Jumat (16/9), Guardian merilis hasil analisis mereka terkait invasi koalisi pimpinan Saudi selama 18 bulan. Data sumber publik menyebut koalisi melakukan sekitar 8.600 serangan udara antara Maret 2015 hingga Agustus tahun ini.

Laporan Yemen Data Project menyimpulkan hanya 3.577 target militer yang disasar koalisi. Sekitar 3.158 situs merupakan situs nonmiliter. Sebanyak 1.882 target tidak diketahui.

Data-data sumber analisis diperoleh dari sumber terbuka dan data NGO. Lebih lanjut, Saudi diketahui melakukan 942 serangan udara di wilayah permukiman. Sebanyak 114 serangan menyasar pasar, 34 menyasar masjid, 147 menyasar sekolah dan 26 menyasar kampus.

Riyadh juga disebut-sebut menargetkan 37 jaringan transportasi. Sejumlah situs tersebut di atas bahkan pernah dihantam hingga beberapa kali. Contoh sebuah sekolah pernah diserang hingga sembilan kali dan sebuah pasar sebanyak 24 kali.

Baca juga, Koalisi Arab Saudi Bantah Targetkan Warga Sipil di Yaman.

Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir mengatakan laporan Guardian berlebihan dan dilebih-lebihkan. Ia menuduh Houthi telah mengubah bangunan sipil seperti sekolah dan rumah sakit jadi markas komando dan pengendali mereka.

Al-Jubeir juga mengatakan sejumlah situs sipil itu telah berubah jadi tempat penyimpanan senjata. "Semua itu adalah target militer, mereka mungkin sekolah setahun lalu, tapi mereka bukan sekolah saat kami bom," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement