Selasa 20 Sep 2016 03:20 WIB

Maduro Klaim KTT GNB di Venezuela Sukses

Rep: Puti Almas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, MARGARITA ISLAND -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan sukses menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) ke-17 di Pulau Margarita, wilayah lepas pantai negara itu. Ia senang dengan adanya dukungan dari sekutu sayap kiri selama pertemuan antara negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu di masa Perang Dingin tersebut.

Namun, banyak kritik yang mengatakan KTT GNB ke-17 itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari kehadiran hanya sekitar 12 dari 120 kepala negara yang termasuk sebagai anggota. Maduro sebagai tuan rumah acara dinilai gagal menarik perhatian banyak pemimpin dunia.

Popularitas Maduro terus merosot dalam tiga tahun terakhir kepemimpinannya. Di tengah krisis ekonomi yang melanda Venezuela, banyak masyarakat di negara itu yang harus menahan lapar karena kurangnya pasokan pangan. Kondisi semakin diperparah dengan inflasi yang terus meningkat.

Meski demikian, Maduro tetap menekankan bahwa KTT GNB ke-17 di Venezuela adalah sebuah kemenangan. Ia menilai secara keseluruhan pihaknya sukses untuk berdiplomasi dengan para pemimpin dunia dan meminta dukungan internasional atas keadaan yang memprihatinkan di negara tersebut.

"KTT GNB ini dapat kami katakan sepenuhnya sukses. Ini adalah sebuah kemenangan untuk diplomasi Bolivarian," ujar Maduro, mengacu pada Simon Bolivar, seorang pahlawan kemerdekaan Amerika Lantain dan idola revolusi sosialis Venezuela, dalam konferensi pers penutupan KTT GNB ke-17, Ahad (18/9) waktu setempat.

Melalui KTT GNB, Pemerintah Venezuela juga mengajak negara-negara produsen minyak bertemu dan mendukung kesepakatan global untuk menguatkan harga minyak mentah dunia. Nantinya, kesepakatan tersebut dijadikan rujukan dalam pembahasan di pertemuan International Energy Forum dan OPEC pada 26 hingga 28 September di Algeria.

Dalam KTT GN ke-17 ini, sejumlah kepala negara yang hadir di antaranya Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Kuba, Raul Castro, dan  Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. Indonesia, sebagai salah satu negara anggota yang hadir dalam acara itu diwakilkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Penyelenggaraan KTT GNB ke-17 itu juga menimbulkan kecaman dari pihak oposisi Venezuela. Pihaknya mengatakan acara itu diadakan dengan mewah dan menghabiskan banyak dana negara yang seharusnya digunakan untuk menangani krisis.

"Ini yang disebut sebuah KTT yang justru adalah kegagalan dan hanya menghancurkan Venezuela," ujar pernyataan dari koalisi oposisi Venezuela.

Pihak oposisi juga menjelaskan bahwa penyelenggaraan tersebut tak lebih dari kebodohan diplomasi yang dilakukan Maduro. Dengan ketidakhadiran banyak pemimpin negara, hal ini menunjukan dunia telah menolak rezim presiden tersebut.

"Dunia menolak rezim yang merupakan simbol global korupsi dan ketidakmampuan seorang presiden memimpin negara," jelas pernyataan tersebut.

Di luar pembahasan mengenai krisis ekonomi yang melanda Venezuela dan kegagalan Maduro, KTT GNB ke-17 juga menjadi ajang yang digunakan Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari mengecam tindakan Amerika Serikat (AS). Baru-baru ini, serangan udara yang diluncurkan koalisi Negeri Paman Sam itu membuat 83 tentara pemerintah Suriah tewas.

Sementara itu, pemimpin negara lain mengecam imperialisme dan menjanjikan dukungan untuk Maduro. Banyak diantara negara anggota yang menyerukan dilakukan reformasi PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement