Senin 26 Sep 2016 21:09 WIB

Petugas Penjaga Perbatasan Australia Mogok Dua Pekan

Staf Imigrasi dan Perbatasan Australia mogok kerja.
Foto: aap
Staf Imigrasi dan Perbatasan Australia mogok kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Petugas penjaga perbatasan (Border Force) di Australia akan memulai mogok selama dua pekan yang akan mempengaruhi kegiatan di bandara internasional, terminal kapal pesiar dan fasilitas kargo.

Petugas Imigrasi dan Penjaga Perbatasan (yang dulu disebut Pabean) memang sudah lama merencanakan pemogokan sebagai bagian dari persteruan dengan pemerintah Federal soal gaji dan kondisi kerja.

Sekretaris Nasional Serikat Pekerja Publik dan Komunitas (Community and Public Sector Union (CPSU) Nadine Flood mengatakan tiap kali pemogokan di satu tempat akan berlangsung selama 30 menit, namun mereka tidak memberikan rincian kapan dan dimana.

"Para petugas ini mencoba mendapat perhatian pemerintah untuk menangani masalah ini dengan serius, sehingga ada orang yang mau berunding dengan kami, dan menyelesaikan masalah yang berkepanjangan ini. Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Turnbull, mereka tidak berbicara dengan kami selama setahun terakhir," kata Flood.

Flood menggambarkan kebuntuan ini sebagai 'perang di tempat kerja" dan dimulai oleh mantan menteri tenaga kerja Eric Abetz. "Ini sudah merupakan hal yang tidak lucu lagi." katanya.

Flood mengatakan keterlambatan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang, namun petugas tambahan sudah dikerahkan untuk bertugas di Bandara Sydney, Senin (26/9) pagi.

Penumpang yang akan bepergian ke luar negeri telah diminta datang lebih cepat. "Kami sudah memiliki rencana darurat untuk meminimalkan dampak penghentian kerja ini," kata Border Force dalam sebuah pernyataan.

Departemen Imigrasi: Pemogokan tak Beralasan

Departemen Imigrasi dan Border Protection mengatakan tindakan pemogokan ini 'besar kemungkinan" akan mengurangi kemampuan untuk memantau ancaman dan risiko lain di perbatasan.

Departemen tersebut mengatakan kecewa dengan tindakan yang ada, karena CPSU akan memulai perundingan dengan staf di departemen tersebut mengenai rencana penggajian baru minggu ini.

"Rencana pemogokan terjadi di saat perundingan akan dimulai, dan merupakan hal yang tidak beralasan di saat departemen berusaha menemukan konsensus," kata pertanyaan tersebut.

"Rencana pemogokan ini tidak akan memberikan keuntungan bagi anggota CPSU, yang sudah mengalami kehilangan pendapatan lebih dari dua juta dolar AS (lebih Rp 20 miliar) karena pengurangan gaji disebabkan keikutsertaan mereka dalam tindak pemogokan."

Petugas penjaga perbatasan ini sebelumnya berencana mogok beberapa bulan lalu, namun menunda melakukannya setelah adanya serangan teror di ibu kota Belgia Brussels.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/pasukan-border-force-mogok/7876990
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement