Kamis 13 Oct 2016 04:38 WIB

TV Swasta Cina Minta Maaf tak Tampilkan Peta Taiwan

Presiden baru Taiwan Tsai Ing-wen memberikan pidato saat pelantikannya di Taipei, Jumat, 20 Mei 2016.
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Presiden baru Taiwan Tsai Ing-wen memberikan pidato saat pelantikannya di Taipei, Jumat, 20 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah stasiun televisi di Cina meminta maaf seusai menayangkan sebuah peta pada acara pencarian bakat. Peta tersebut tidak memasukkan Pulau Formosa atau Taiwan, yang menjadi salah satu isu politik paling sensitif bagi Beijing.

Cina belum pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk mengembalikan Taiwan yang demokratis ke bawah kendalinya. Cina menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari negaranya. Semua peta yang diterbitkan di Cina diharuskan memperlihatkan Taiwan sebagai salah satu provinsi di negara tersebut.

Namun di sebuah acara pencarian bakat untuk warga negara asing yang sedang mempelajari bahasa Cina di Stasiun TV Hunan, Ahad (9/10), peta yang ditayangkan sebagai latar belakang hanya diwarnai merah pada wilayah China sedangkan Taiwan ditandai dengan warna putih, demikian menurut laporan di laman resmi People's Daily.

Pada pernyataan resminya pada Selasa (11/10), Stasiun TV Hunan meminta maaf, mereka menunjuk kesalahan ada pada perusahaan alih daya serta kesalahan petugas internal yang tidak memperhatikan masalah tersebut sebelum disiarkan.

"Kami meminta maaf sedalam dalamnya atas kejadian 'peta bermasalah' ini dan sangat sangat menyesalinya," kata mereka.

Semua pegawai di stasiun TV tersebut yakin dengan kepercayaan mereka bahwa Taiwan adalah bagian dari Cina dan menentang segala bentuk separatisme di negara tersebut.

Semua pihak yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut sudah dihukum, kata TV Hunan tanpa meberikan keterangan rinci, serta mendapat kritik tajam.

Hubungan antara China dan Taiwan memburuk sejak Tsai Ing-Wen dari Partai Progresif Demokratis, yang pro kemerdekaan, terpilih sebagai presiden Januari lalu. Walaupun Tsai telah berjanji untuk menjaga perdamaian dengan China, Beijing curiga bahwa ia ingin mendorong pulau tersebut sebagai negara merdeka secara resmi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement