Sabtu 15 Oct 2016 00:01 WIB

Perjalanan Bhumibol Menjadi Raja yang Dicintai Hingga Ajal Menjemput

Kematian Raja Bhumibol tinggalkan ketidakpastian akan penerus takhtanya.
Foto: Reuters/Damir Sagolj
Kematian Raja Bhumibol tinggalkan ketidakpastian akan penerus takhtanya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Raja Thailand Bhumibol Adulyadej yang berusia 88 tahun merupakan raja yang paling lama berkuasa di dunia. Menurut Kerajaan, ia meninggal dunia setelah menjalani pengobatan dari penyakit serius yang dideritanya.

Saat masih kanak-kanak, Bhumibol Adulyadej tak diharapkan menjadi seorang raja. Ayahnya berada di luar garis suksesi [penerus] dan keluarga mereka tinggal di luar negeri. Bhumibol lahir di Amerika Serikat pada 1927 saat ayahnya belajar di Harvard.

Mereka kembali ke Thailand ketika ia belum genap berusia dua tahun. Tapi setelah kematian mendadak ayahnya karena gagal ginjal pada 1929, ibu Pangeran Bhumibol membawa keluarga mereka tinggal di Swiss.

Bhumibol Saat Kanak-Kanak
Bhumibol Adulyadej (tengah) saat masih kanak-kanak bersama ibu dan saudara-saudaranya. Wikimedia Commons

Ketika itu paman dari Pangeran Bhumibol, yakni Prajadhipok menjadi raja. Tapi revolusi pada 1932 mengakhiri sistem pemerintahan monarki absolut di Thailand dan menurunkan Prajadhipok dari kekuasaan tertingginya.

Dia turun takhta pada 1935 dan melarikan diri ke pengasingan. Tanpa pewaris, mahkota kerajaan kemudian jatuh ke kakak Pangeran Bhumibol yaitu Ananda Mahidol. Saat itu, Thailand sudah menerapkan sistem monarki konstitusional.

Pangeran Ananda baru berusia sembilan tahun ketika dia mengambil alih takhta kerajaan dan masih tinggal di Swiss. Sejumlah wali kepala negara memerintah di masa ketidakhadirannya sampai akhirnya dia kembali pulang ke Thailand setelah perang.

Tapi pada Juni 1946, dia ditemukan tewas tertembak di kamar tidurnya di Istana Kerajaan di Bangkok. Adik laki-lakinya, Pangeran Bhumibol menjadi raja pada usia 18 tahun. 

Penyebab pasti kematian Ananda Mahidol tidak pernah berhasil terungkap dan masih tetap menjadi sumber kontroversi. Tiga orang pelayan Kerajaan kemudian dieksekusi atas kasus pembunuhannya.

Tapi dalam wawancara dengan BBC, Raja Bhumibol mengatakan kematian kakaknya masih tetap menjadi misteri. "Penyelidikan memberikan sejumlah fakta dia tewas karena luka tembak di kepalanya. Memang terbukti itu bukan kecelakaan dan bukan juga bunuh diri, tapi tidak ada seorang pun yang tahu. Apa yang terjadi masih tetap misterius karena tiba-tiba banyak bukti berubah. Semua orang menjadi politis. Bahkan polisi pun turut menjadi politis,” katanya.

Ketika peristiwa ini terjadi, Pangeran Bhumibol tengah berada di istana. “Ketika saya tiba dia sudah tewas. Banyak orang ingin memperbaiki, bukan teori, tapi fakta untuk menjernihkan masalah ini. Mereka tertekan. Dan mereka tertekan oleh orang-orang berpengaruh di negara ini atau dalam politik internasional,” katanya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/raja-thailand-bhumibol-adulyadej-wafat-di-usia-88-tahun-setelah/7931250
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement