Senin 17 Oct 2016 16:51 WIB

Kedukaan dan Kemarahan Usai Raja Thailand Mangkat

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Ani Nursalikah
Bhumibol: Antrean warga Thailand di dalam Istana Kerajaan untuk menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Raja Bhumibol Adulyadej
Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Bhumibol: Antrean warga Thailand di dalam Istana Kerajaan untuk menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Raja Bhumibol Adulyadej

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kematian Raja Thailand Bhumibol Adulyadej (88 tahun) rupanya menyisakan kemarahan publik. Seorang perempuan Thailand dituding menghina Raja Bhumibol karena komentarnya di dunia maya.

Umaporn Sarasat (43 ), seorang pemilik bisnis kecil diseret ke kantor polisi akibat komentarnya yang diposting secara online. Dua orang polisi kemudian memaksanya berlutut dan berdoa di depan foto raja yang telah mangkat tersebut.

Sejumlah warga yang membawa foto Raja Bhumibol mengejek Sarasat saat melihatnya. Mereka ikut marah kepada Sarasat dan ingin merangsek masuk ke kantor polisi. Namun polisi melindunginya dari serangan warga.

Baca: Putra Mahkota Thailand Dinilai Berhubungan Dekat dengan Thaksin

Seorang polisi mengatakan, kepolisian akan memproses orang-orang yang berani menghina Raja Bhumibol. "Kami akan menangani mereka sebaik mungkin jadi tenang saja," katanya.

Saya tahu, ujar polisi tersebut, kalian pasti merasa sedih. "Saya paham perasaan kalian, kalian warga yang setia kepada raja, jangan khawatir kami akan mengatasi masalah ini," katanya.

Pemerintah Thailand juga mengimbau rakyat Thailand supaya tidak marah. Sebab saat ini di berbagai media sosial banyak warga Thailand yang marah karena ada orang-orang yang tak memakai baju berwarna hitam padahal situasi sedang berkabung.

Juru bicara Pemerintah Thailand mengatakan mungkin orang-orang yang tak memakai baju hitam karena tak punya uang. "Mereka tak bisa membeli baju berwarna hitam, tolong ditoleransi saja," ujarnya.

Sejumlah negara asing meminta warganya yang ke Thailand berhati-hati jangan sampai dikira tak menghargai raja dan hari berkabung sebab hal itu membahayakan diri mereka sendiri.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement