REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Lembaga Penyiaran Publik Australia ABC membela pemberitaan program Four Corners yang mengulas kondisi anak-anak pengungsi yang tinggal di Nauru di bawah kebijakan imigrasi Australia. Pemerintah Nauru menyebut laporan Four Corners sebagai rasial serta propaganda politik yang bias dan kebohongan.
Episode Four Corners yang ditayangkan Senin malam (17/10), mengulas pengamalan beberapa orang yang telah diberi status pengungsi dan sekarang tinggal di Nauru berbaur dengan 10 ribuan masyarakat setempat. Jumlah yang telah mendapat status ini adalah 755 orang, termasuk 128 anak-anak.
Pernyataan yang dirilis Pemerintah Nauru Selasa pagi menyebutkan pemberitaan itu merupakan contoh kebohongan dan propaganda politik yang bias dari ABC serta merupakan penghinaan kepada rakyat Nauru. "Jelas sekali anak-anak ini diajari, dan seluruh proses syuting pengungsi ini telah diatur, sebab program tersebut tak pernah datang ke Nauru," kata pernyataan itu.
"Penonton bisa melihat jelas betapa pengungsi yang ditampilkan berpakaian rapi, rapi dan sehat. Tak ada anak yang ada di tahanan di Nauru. Dan anak-anak hidup bersama keluarga mereka dalam kondisi akomodasi aman dan nyaman, umumnya di perumahan baru yang dekat dengan pertokoan, berbagai fasilitas dan pantai," tambahnya.
Pernyatan itu menambahkan, pemberitaan Four Corners menampilkan gambar sekolah yang keliru di pulau itu sebagai kesengajaan untuk memutarbalikkan fakta serta menyebut sebuah rumah sakit yang tak lagi dipergunakan. "Pemberitaan ini mempermalukan jurnalisme. Dari awal hingga akhir menjelek-jelekkan, rasial, bohong, dan semata-mata aktivisme politik," kata pernyataan itu lagi.
Pemerintah Nauru juga mengecam program ini karena tidak memberi mereka kesempatan menanggapi berbagai tuduhan yang ditayangkan dalam pemberitaan itu, serta bergantung pada organisasi yang terdiskreditkan, yaitu Save the Children dalam membuat pernyataan liar dan tak berdasar.
Juru bicara ABC membela program ini dan mengatakan ini adalah kisah penting, jelas-jelas untuk kepentingan publik.
"Wawancara dengan anak-anak dilakukan jarak jauh oleh Four Corners, dan kisah mereka telah melalui proses pengecekan fakta-fakta secara teliti yang biasa diterapkan oleh program ini.
"Program ini dibuat seperti ini sebab Pemerintah Nauru secara rutin menolak memberi akses untuk memberitakan pemrosesan offshore (para pencari suaka), serta mengenakan biaya sangat mahal untuk visa media yang tak bisa dikembalikan jika permohonan visanya ditolak," kata juru bicara ABC.
Sementara itu dalam wawancara dengan Radio National milik ABC Selasa pagi, Perdana Menteri Malcolm Turnbull menuduh pemberitaan Four Corners menolak tawaran Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton untuk menanggapi berbagai klaim dalam program itu. Produser Eksekutif Four Corners Sally Neighbour menjelaskan, Menteri Dutton telah diberi kesempatan untuk menanggapi.
'Komitmen Australia Sepenuh Hati'
PM Turnbull juga menyangkal klaim yang dinyatakan Amnesty International bahwa perlakukan yang dialami anak-anak pencari suaka di Nauru sama dengan penyiksaan.
Laporan Amnesty bertajuk Island of Despair, yang juga dirilis Senin malam, menyebutkan Kebijakan Australia menahan pengungsi di Nauru selamanya sama dengan pelanggaran hak azasi manusia secara sistematis dan mungkin setara dengan penyiksaan.
PM Turnbull kepada Radio National menyatakan hal itu sepenuhnya tidak benar. "Komitmen Pemerintah Australia sepenuh hati dan kuat," ujarnya.
"Kami memberikan bantuan signifikan kepada Pemerintah Nauru untuk kesejahteraan dan layanan kesehatan. Dan itu termasuk klinik kesehatan, perbaikan rumahsakit, yaitu Nauru Hospital, fasilitas operasi yang baru, bangunan sekolah yang baru, pendidikan dan pengembangan kurikulum," ujar PM Turnbull.