Ahad 23 Oct 2016 12:02 WIB

Mantan Tahanan Guantanamo Akhiri Mogok Makan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Kaki tahanan penjara Guantanamo, Kuba
Foto: VOA
Kaki tahanan penjara Guantanamo, Kuba

REPUBLIKA.CO.ID, MONTEVIDEO -- Mantan tahanan Guantanamo yang dipindahkan ke Uruguay akan segera ditransfer lagi, Sabtu (22/10). Ia telah mengakhiri aksi mogok makannya sejak 68 hari lalu.

Jihad Diyab adalah salah satu dari enam tahanan Guantanamo yang diberi suaka Uruguay pada 2014. Penduduk Suriah ini melakukan aksi mogok makan karena ingin dipindahkan ke negara Arab.

Diyab mengatakan, ingin kembali berkumpul dengan keluarganya. Ia sekarat setelah melalui aksi mogok makan. Pada Sabtu, pendukung Diyab mengatakan Uruguay sepakat memindahkannya ke negara lain.

Tidak jelas negara mana yang akan dituju. Namun yang jelas, ia tidak akan kembali ke Suriah karena kondisi perang. Pemerintah Uruguay juga mengatakan Qatar dan Turki menolak menerimanya.

"Karena masalah kesehatannya sangat serius, ia telah menerima tawaran untuk pindah," kata akun Facebook pendukung Diyab, 'Vigil for Diyab' seperti dilansir BBC.

Sebelumnya, Uruguay pernah menawarkan keluarga Diyab untuk dibawa ke negara Amerika Latin tersebut. Namun Diyab menolak tawaran tersebut.

Diyab ditahan di Guantanamo selama 12 tahun karena dituduh terkait dengan kelompok teroris. Ia tidak pernah didakwa atau dibawa ke pengadilan.

Baca juga, Tahanan Inggris Terakhir di Guantanamo Dibebaskan.

Selama di tahanan, ia sering melakukan aksi mogok makan hingga membahayakan kesehatannya. Ia juga sering berkelahi dengan penjaga.

Presiden Barack Obama telah berupaya keras untuk menutup tahanan Guantanamo. Sehingga sejumlah tahanan ditransfer ke negara lain. 

Sejak dibuka pada 2002, sekitar 779 pria dibawa ke sana. Penjara ini digunakan untuk menahan terduga teroris setelah serangan 11 September dan invasi AS di Afganistan.

Uruguay menjadi salah satu negara yang menerima tahanan mantan Guantanamo. Mereka mulai menolak menerima tahanan lagi setelah enam tahanan dikirim ke sana pada Desember 2014. Uruguay mengatakan para tahanan kesulitan beradaptasi di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement