Selasa 08 Nov 2016 02:40 WIB

Israel Tolak Hadiri Konferensi Timur Tengah di Paris

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel pada Senin (7/11), secara resmi menolak undangan Prancis untuk mengikuti konferensi soal Timur Tengah di Paris tahun ini. Israel menganggap pertemuan itu mengalihkan tujuan perundingan langsung dengan Palestina.

Dalam suatu pertemuan di Jerusalem bersama penasihat keamanan nasional sementara Israel dan penasihat diplomatik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, utusan Prancis Pierre Vimot dikabari bahwa Israel tidak mau terlibat dalam upaya membangkitkan kembali perundingan, yang buyar pada 2014.

"(Mereka) mengatakan kepada utusan Prancis secara jelas dan tegas bahwa sikap Israel untuk memajukan proses perdamaian dan mencapai kesepakatan hanya akan diterapkan melalui perundingan langsung antara Israel dan Otoritas Palestina," kata pernyataan kantor PM Netanyahu seperti dikutip Reuters, Senin (7/11).

Vimont, yang kemudian bertemu dengan para pejabat Palestina di Ramallah, tidak memberikan komentar soal pertemuannya itu. Namun, kementerian luar negeri Prancis mengatakan pihaknya masih berencana untuk menyelenggarakan konferensi Timur Tengah pada akhir tahun ini.

Saeb Erekat, seorang pejabat tinggi Palestina, mengatakan Vimon telah menjelaskan pada pertemuan tersebut bahwa Prancis akan mengeluarkan undangan terkait pelaksanaan konferensi Desember.

Juru bicara Presiden Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah, mengatakan, "Kami mendukung dan menyambut baik penyelenggaraan konferensi, tidak soal apakah Israel berpartisipasi atau tidak."

Prancis, tahun ini, telah beberapa kali berupaya menghidupkan kembali proses perdamaian dengan menyelenggarakan konferensi awal pada Juni.

Pada konferensi Juni, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara besar Arab berkumpul untuk membahas berbagai proposal. Pembahasan berlangsung tanpa kehadiran pihak Israel maupun Palestina. Rencana yang dibuat dalam pertemuan itu adalah melangsungkan konferensi lanjutan sebelum akhir tahun dengan melibatkan Israel dan Palestina.

Pertemuan Juni sekaligus melihat kemungkinan apakah kedua pihak berseteru itu untuk bisa dibawa ke meja perundingan.

Perundingan terakhir antara Israel dan Palestina, yang didukung AS, pada 2014 gagal.

Israel, yang menganggap Amerika Serikat sebagai perantara utama di Timur Tengah, telah sekian lama meyakini bahwa perundingan langsung dengan Palestina bisa mengarah pada perdamaian dan sebaliknya, Israel melihat upaya-upaya Prancis tersebut sebagai suatu pengalihan.

Palestina mengatakan pihaknya tidak akan melanjutkan perundingan dengan Israel sampai Israel menghentikan pembangunan permukiman di tanah Palestina yang didudukinya dan yang diproyeksikan Palestina sebagai wilayah untuk membentuk negara independen. Perundingan, menurut Palestina, juga bisa dimulai kembali hanya jika Israel memenuhi komitmen-komitmennya, termasuk membebaskan para tahanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement