REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Rusia mulai meluncurkan serangan berskala luas kepada oposisi Suriah di Aleppo, Selasa (15/11). Serangan dilakukan melalui udara dan menewaskan sedikitnya lima orang.
Menurut Observtorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan udara dengan jenis besar kali ini terakhir kali diluncurkan pada 18 Oktober lalu. Rudal dan bom barel adalah senjata-senjata yang dijatuhkan di bagian timur salah satu kota terbesar negara itu.
"Banyak orang yang sangat takut karena serangan udara ini begitu besar," ujar aktivis dari Observatorium Suriah, Baraa Al Halaby, dilansir Al Araby, Rabu (15/11).
Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan operasi besar kali ini dilucurkan dengan menggunakan pesawat tempur Kuzenetsov. Pesawat ini adalah jenis terbaru yang dikirim ke Suriah pada pekan lalu.
"Kami melancarkan operasi besar untuk menyerang Negara Islam Irak dan Suriah dan Jabhat Al Nusra di Provinsi Idlib dan Homs," ujar Shoigu.
Ia juga mengatakan serangan kali ini khususnya menargetkan depot amunisi, pelatihan kamp, dan pabrik senjata yang dimiliki kelompok teroris tersebut. Meski demikian, warga sipil juga dilaporkan menjadi korban di wilayah yang dikuasai oposisi Suriah itu.
Sebelumnya, Rusia yang menndukung Pemerintah Suriah mengatakan gencatan senjata dilakukan agar warga dapat dengan aman meninggalkan rumah mereka. Namun, kebanyakan tidak keluar dari rute-rute evakuasi yang disediakan.