REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Sebanyak 1.500 pengungsi terlibat bentrok dengan petugas kepolisian di kamp pengungsi terbesar di Kota Harmanli, Bulgaria, pada Kamis (24/11). Bentrokan tersebut terjadi dua hari setelah fasilitas pengungsian itu ditutup oleh otoritas Bulgaria karena adanya wabah infeksi.
Harmanli merupakan rumah bagi 3.000 imigran yang sebagian besar berasal dari Afghanistan. Para imigran terlihat melemparkan batu ke arah polisi anti huru-hara, yang menggunakan meriam air untuk membubarkan mereka.
Penduduk Kota Harmanli, pada Ahad (20/11), melakukan unjuk rasa agar pemerintah menutup kamp pengungsian secara permanen. Mereka melaporkan adanya dugaan penyebaran penyakit dari dalam kamp.
Otoritas setempat kemudian menutup sementara fasilitas pengungsian itu dan memerintahkan petugas kesehatan untuk melakukan penyelidikan. Seluruh pengungsi dilarang meninggalkan kamp. "Ketegangan terjadi menyusul adanya laporan menyesatkan mengenai penyebaran infeksi di dalam pusat pengungsian," ujar Kepala Bagian Pengungsi Bulgaria, Petya Parvanova.
Dalam upaya menghentikan masuknya imigran ilegal, Bulgaria membangun pagar perbatasan dengan Turki dan mengerahkan pasukan patroli. Namun, di negara termiskin Uni Eropa itu, tercatat masih ada 13 ribu imigran dari Timur Tengah.