Selasa 29 Nov 2016 04:20 WIB

Jumlah Pencari Suaka Catat Rekor Baru pada Tahun Ini

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Aparat keamanan mengawasi para pencari suaka di Eropa.
Foto: Yahoo.
Aparat keamanan mengawasi para pencari suaka di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Jumlah imigran yang datang ke Italia tercatat mengalami peningkatan besar pada 2016. Jumlah ini menjadi rekor terbaru para pencari suaka yang kebanyakan berasal dari negara-negara Afrika dan Timur Tengah untuk mencapai Eropa.

Dilaporkan the Guardian, sebanyak 171 ribu orang telah tiba di Italia dari wilayah utara Afrika pada tahun ini. Jumlah terbesar sebelumnya tercatat pada 2014 lalu, yaitu 170 ribu migran yang datang melalui Laut Mediterani dengan kapal.

Arus migran di kawasan perairan itu meningkat tajam setelah perbatasan Turki dan Yunani yang dijaga ketat. Penutupan koridor kemanusiaan juga dilakukan di Yunani dan Jerman, sebagai upaya menanggulangi banyaknya pencari suaka datang ke daratan Eropa.

Namun, Eropa gagal menangani arus migrasi yang datang di Mediterania bagian tengah. Kebanyakan pencari suaka meniaki kapal dari Libya dan masuk melalui Italia.

Bahkan, oknum tertentu memanfaatkan situasi dengan membuka jasa penyelundupan manusia di kawasan perairan itu. Migran yang hendak menyebrang ke Italia dibuat seolah sebagai penumpang kapal umum, bahkan diantara mereka ada yang menjadi nakhoda.

Kebanyakan migran ingin melariikan diri dari Libya karena situasi perang yang terjadi dan masih terus memburuk di negara itu. Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, di mana banyak orang yang masih bisa mendapat pekerjaan dan jaminan keamanan di sana.

Selain Libya, beberapa  warga dari negara lain di Afrika seperti Sudan, Gambia, dan Eritrea juga kerap melarikan diri ke Italia. Mereka selama ini menjadi korban kemiskinan akibat perang dan kediktatoran yang terjadi di sana.

Menurut peneliti dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), banyak diantara migran yang sebenarnya tidak bermaksud melakukan perjalanan ke Eropa. Namun, saat meninggalkan rumah mereka dipaksa untuk mencari rute teraman dan pilihan jatuh untuk keluar jauh hingga melintasi benua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement