REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan ia telah menjadi korban rasisme selama masa kepemimpinannya di Gedung Putih. Kritik yang sering kali ia dapatkan dari warga kulit putih di negara-negara bagian selatan AS kebanyakan menyinggung soal warna kulitnya.
Dikutip dari CNN, Obama mengatakan warga kulit putih di utara dengan warga kulit putih di selatan memberikan sikap yang berbeda mengenai seorang kulit hitam yang menjadi presiden seperti dirinya. "Apakah ada orang-orang yang memperhatikan saya selayaknya orang asing? Apakah ada yang mempertanyakan asal usul yang tidak jelas? Tentu saja ada," kata Obama.
Menurutnya, rasisme tidak menjadi isu utama yang dijadikan sebagai alat menyerang oleh Partai Republik sebagai oposisi. Namun, rasisme merupakan isu yang menyertainya dalam dunia politik.
Obama mengaku telah menghadapi pertanyaan berulang mengenai tempat lahirnya. Ia dipertanyakan apakah benar-benar lahir di Amerika, padahal bukti-bukti menunjukkan ia warga asli yang lahir di Hawaii.
Presiden AS terpilih, Donald Trump, adalah salah satu orang yang memunculkan isu tempat kelahiran Obama. Ia mengatakan Obama bukan warga Amerika dan sertifikat kelahirannya palsu.
Meski demikian, akhirnya Trump membantah ucapannya sendiri, dan mengatakan, "Presiden Barack Obama lahir di Amerika Serikat. Titik. Sekarang, kita semua ingin membuat Amerika kembali kuat dan besar."
Mantan penasihat senior Obama, David Axerold, sepakat bahwa Presiden Obama telah menderita tuduhan rasial. Ia menyayangkan serangan-serangan rasial dan kurangnya rasa hormat kepada Obama.
"Ada seorang Republikan yang mengatakan kepada Obama: 'Kau tak seharusnya berada di sini, tapi sebagian orang Amerika berfikir sebaliknya sehingga kami harus bekerja dengan Anda," jelasnya.
Komentar itu dibuat dalam tayangan dokumenter khusus oleh CNN, berjudul The Legacy of Barack Obama. Sejumlah ahli berpendapat, kemenangan Trump dalam pemilu presiden 8 November lalu merupakan hasil rasisme terhadap Obama. Michael Tesler, Asisten Profesor Ilmu Politik di Universitas Columbia, mengatakan masa kepresidenan Obama telah dipercepat dengan adanya sikap rasial dari partai oposisi.
Kasus diskriminasi rasial juga banyak ditemukan dalam Pemerintahan Obama. Pada 2012, seorang remaja berkulit hitam bernama Trayvon Martin, ditembak oleh orang yang tidak dikenal di Florida.
Penembakan-penembakan warga kulit hitam lainnya banyak terjadi oleh petugas kepolisian. Banyak yang mendesak Obama untuk berbuat lebih banyak demi mendukung para demonstran. Sementara lainnya mengkritik Obama dengan mengatakan dia tidak bisa membela penegak hukum.