Para pemimpin Bosnia, Serbia, dan Kroasia menandatangani perjanjian Dayton untuk mengakhiri perang antar etnis pada 14 Desember 1995. Perjanjian ini sekaligus mengakhiri konflik tiga tahun yang terjadi antara etnis Serbia dan Kroasia selama tiga tahun, yang dimulai pada awal 1992.
Berdasarkan perjanjian itu, Bosnia tetap dipertahankan sebagai negara tunggal namun terbagi atas dua bagian. Terdiri dari wilayah Kroasia yang mayoritas penduduknya Muslim sebesar 51 persen dari wilayah negara. Sementara sisanya 49 persen dikuasai oleh Republik Serbia.
Kesepakatan ini salah satunya didorong oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton dan NATO. Perang di Bosnia telah mengakibatkan setidaknya 200 ribu orang tewas, rekor yang saat itu terburuk sejak Perang Dunia II.
Beberapa juta orang juga kehilangan tempat tinggal akibat konflik tersebut. Banyak yang menyebut perang Bosnia adalah salah satu contoh nyata kejahatan pembersihan etnis yang sangat kejam.
Meski demikian, dengan perjanjian itu, Clinton yakin tiga pemimpin dapat menjamin kedamaian di Bosnia. Ia memastikan setiap etnis serta agama yang ada di sana dapat bersatu.
"Hanya orang-orang Bosnia yang pada akhirnya bisa tinggal bersama-sama dan bersatu sebagai warga di satu negara," ujar Clinton.