REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama menuding Presiden Rusia Vladimir Putin secara personal memerintahkan para peretas membajak email-email Partai Demokrat. Ini dilakukan untuk memenangkan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat dalam pemilihan presiden 8 November lalu. Rusia menolak keras tudingan Obama. Mereka menilai tuduhan AS terhadap Rusia konyol dan tak berdasar.
Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan, AS tak memiliki dasar menuding Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden di AS. "Mereka seharusnya berhenti mengoceh atau setidaknya menunjukkan bukti-bukti kalau tuduhan mereka benar," katanya seperti dilansir Tass, Jumat, (16/12).
Pembantu Presiden Rusia Yuri Ushakov mengatakan, Rusia sebenarnya sudah menjelaskan kepada Obama kalau tak terlibat dalam pemilihan presiden di Amerika. "Namun hal itu tak konsisten dengan apa yang Obama jelaskan kepada kita," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, ia heran AS menuding Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden di AS. "Ini tudingan yang sangat tak masuk akal, tak akan ada seorangpun yang percaya dengan tudingan AS," katanya.
Selama ini para wakil Rusia terus-menerus menolak tuduhan Amerika jika Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden di AS. Selain itu, AS belum memberikan bukti-bukti jika Rusia terlibat dalam pemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS.
Wakil Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan, Obama telah meminta kepada Putin dalam pertemuan pribadi untuk menghargai proses pemilihan presiden di AS supaya berjalan penuh integritas.
Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, saat ini Pemerintah AS sedang mencari informasi keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden di AS. Keterlibatan Rusia dinilai harus ditanyakan kepada para pendukung Trump termasuk para anggota konggres.