REPUBLIKA.CO.ID, Uni Soviet mengambil alih Afghanistan pada 27 Desember 1979. Hal itu dilakukan sebagai upaya menstabilkan situasi politik yang terjadi di negara itu pada era Perang Dingin.
Sebanyak 75 ribu tentara dikerahkan oleh Uni Soviet di Afghanistan. Keberadaan pasukan itu membantu menegaskan kekuasaan Babrak Karmal sebagai pemimpin di salah satu negara Timur Tengah tersebut dan memukul mundur kekuatan oposisi pemerintah.
Namun, setelah hal itu terjadi intervensi militer Uni Soviet dinilai memberi penderitaan bagi warga sipil Afghanistan. Selama hampir 10 tahun, konflik terus terjadi dan membuat banyaknya pengungsi datang dari negara itu.
Bahkan, perang saudara yang terjadi di Afghanistan semakin tidak berujung. Uni Soviet juga harus kehilangan banyak pasukan yang tewas akibat konflik dan mengeluarkan banyak biaya untuk terus terlibat.
Amerika Serikat (AS) kemudian menanggapi intervensi Soviet dengan memberi tekanan. Negeri paman Sam yang ingin agar keterlibatan dalam perang Afghanistan dihentikan melakukan sejumlah hal seperti mengehentikan pengiriman gandum ke wilayah Uni Soviet serta menolak olimpiade internasional yang diselenggarakan di Moskow, Rusia pada 1980.