REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Luar Negeri Cina mendesak Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menolak kunjungan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Tsai dijadwalkan akan transit di AS dalam perjalanannya ke Honduras, Nikaragua, Guatemala, dan El Salvador.
"Kami pikir semua tahu niat Taiwan yang sebenarnya," ujar Menteri Luar Negeri Cina, dikutip The Guardian.
Juru Bicara Kepresidenan Taiwan, Alex Huang, mengatakan Tsai akan meninggalkan Taiwan pada 7 Januari dan transit di Houston. Dalam kepulangannya pada 15 Januari, Tsai akan kembali transit di San Francisco. Namun, ia menolak memberikan keterangan apakah Tsai akan mengadakan pertemuan dengan tim Donald Trump.
Juru Bicara American Institute in Taiwan, Alys Spensley, mengatakan kunjungan Tsai bersifat pribadi dan tidak resmi. Ia juga membantah kunjungan itu menentang kebijakan 'Satu Cina'. "Transit Presiden Tsai di AS didasarkan oleh hubungan tidak resmi kami dengan Taiwan. Tidak ada perubahan dalam kebijakan 'satu Cina'," kata Spensley.
Cina telah mengklaim kedaulatan atas Taiwan sejak 1949, ketika pasukan komunis Mao Zedong menang dalam perang saudara Cina. Saat itu pemimpin Nasionalis, Chiang Kai-shek, melarikan diri ke pulau itu.
Di depan parlemen Cina, Presiden Xi Jinping mengatakan Cina akan kembali mengupayakan unifikasi dan pengembangan hubungan damai di selat Taiwan.