Sabtu 07 Jan 2017 10:39 WIB

Penembakan Bandara Florida Bukti Lemahnya Keamanan Bandara AS

Penumpang keluar dari perimeter bandara menyusul penembakan di Bandara Internasional Fort Lauderdale-Hollywood di Florida, AS, 6 Januari 2017.
Foto: REUTERS/Andrew Innerarity
Penumpang keluar dari perimeter bandara menyusul penembakan di Bandara Internasional Fort Lauderdale-Hollywood di Florida, AS, 6 Januari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Insiden penembakan maut di Bandar Udara Florida, Amerika Serikat, Jumat waktu setempat (6/1)), memicu perdebatan atas sistem pemeriksaan agar lebih ketat lagi. Namun para pakar menyatakan tindakan penyerangan yang terjadi ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di area pengambilan bagasi Bandara Internasional Fort Lauderdale, Hollywood, itu bukan tidak mungkin terjadi di tempat umum yang luas di sejumlah bandara AS.

Padahal miliaran dolar telah dihabiskan untuk biaya pengamanan. "Sejauh ini serangan tersebut bukan di area aman. Peristiwa itu benar-benar tidak bisa memilah berbagai persoalan terkait keamanan bandara," kata Robert Mann, seorang konsultan penerbangan.

"Seorang bocah berjalan berjalan menuju bar, seorang bocah berjalan menuju tempat pengambilan bagasi, juga tidak seorang pun dari mereka yang mengamankan," ujarnya.

Serangan pada Jumat itu menewaskan lima orang dan melukai sedikitnya delapan orang, demikian kata pihak berwenang.

Pengamanan di sebagian besar bandara di seluruh dunia secara umum ditujukan terhadap perlindungan pesawat dari potensi serangan dan perangkat mematikan yang melebihi daripada pengamanan di lingkungan bandara itu sendiri sehingga banyak ruang di terminal dengan mudah diakses tanpa adanya pemeriksaan formal sebelum para penumpang menuju pos pemeriksaan untuk mencapai pintu keberangkatan.

Perdebatan mengenai apakah memperketat pemeriksaan keamanan di area publik akan diintensifkan atau tidak terjadi setelah ledakan bom di dalam area Bandara Brussel, Belgia pada Maret 2016 yang menewaskan 32 orang dan melukai ratusan lainnya.

Sejumlah pengamat mengambil contoh Bandara Ben Gurion, Israel, yang perusahaan pengamanan swasta dilatih oleh badan keamanan nasional, Shin Bet, dan didukung oleh petugas kepolisian mengamati para penumpang, menanyai para wisatawan, dan menggunakan pendeteksi bom di pintu masuk bandara tersebut.

Namun para pengamat mengemukakan pendekatan seperti itu memiliki kelemahan, memungkinkan perubahan sasaran terhadap bagian lain di bandara tersebut. "Hal ini tidak berguna untuk mengupayakan perlindungan area-area tersebut, sayangnya dan demi alasan tersebut tidak masalah sejauh mana Anda meninggalkan pemeriksaan, Anda akan selalu memiliki cara menyasar wilayah yang tidak begitu ketat," kata Henry Harteveldt, seorang pengamat industri penerbangan.

Biaya penerapan sistem pemeriksaan seperti itu juga terlalu mahal yang harus dikeluarkan oleh sebagian besar bandara di AS. Terkait insiden penembakan di Bandara Florida itu, sejumlah lembaga penegakan hukum di beberapa bandara di AS menyatakan mereka meningkatkan sektor keamanan, termasuk di Chicago dan New York.

Pelaku penembakan bandara Florida terlihat sempat mengecek senjata apinya dari dalam kopernya, mengisi peluru di dalam kamar mandi, dan kemudian melepaskan tembakan. Hal itu memicu perdebatan mengenai apakah para wisatawan harus diizinkan menyelundupkan senjata dalam pemeriksaan tas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement