REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Rusia, Turki dan Iran telah sepakat memperkuat gencatan senjata yang rapuh di Suriah, Selasa (24/1). Teheran diminta lebih berperan dalam mengawasi gencatan se njata.
"Pertemuan telah membentuk mekanisme trilateral untuk mengawasi dan memastikan keterlibaan penuh dalam gencatan senjaa," kata tiga negara mengumumkan hasil pertemuan Astana.
Pihak oposisi juga sepakat untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai Suriah yang digelar PBB. Pertemuan akan berlangsung pada Februari di Genewa.
Penasihat legal oposisi Pasukan Pembebasan Suriah, Osama Abu Zaid mengatakan partisipasi mereka tergantung pada pemenuhan permintaan. Abu Zaid mengatakan oposisi telah menyajikan skema mekanisme untuk mengawasi dan mengimplementasikan gencatan senjata.
"Rusia berjanji untuk meninjau permintaan itu dalam satu pekan," katanya seperti dilansir Aljazirah. Rusia kemudian akan membuat keputusan setelah berunding dengan Turki di Astana pada tujuh hari setelah pertemuan kali ini.
Pernyataan bersama trilateral juga menyebut Pemerintah Suriah dan oposisi sepakat untuk bergabung melawan ISIS dan Front Al Nusra. Kedua kelompok teror ini juga akan dipisahkan dari kelompok-kelompok bersenjata lainnya.
Meski demikian, pejabat oposisi mengatakan belum berdiskusi soal kelompok mana yang akan dipisahkan dari gencatan senjata. Komunike menggunakan nama Front Al-Nusra untuk kelompok yang sekarang dikenal sebagai Jabhat Fateh al-Sham.
Nama mereka diubah tahun lalu karena diduga sudah putus hubungan dengan Alqaidah. Kelompok ini termasuk salah satu pemain besar di lapangan. Mereka sering bertempur dengan elemen oposisi yang hadir dalam pertemuan Astana.
Abu Zeid juga menegaskan kesepakatan yang lahir Selasa adalah kesepakatan bersama tiga negara. "Kami bukan salah satu pihak dalam perjanjian ini. Mereka (Rusia, Iran dan Turki) bisa menandatangani kesepakatan apa pun yang mereka inginkan, tapi dari kami, kami punya banyak pengecualian," kata dia.
Perwakilan juga mengatakan kesuksesan pembicaraan ini akan tergantung pada mundurnya pasukan asing yang didukung Iran dari Suriah. Termasuk kemampuan Moskow dan Ankara untuk memastikan Iran tetap pada jalur kesepakatan.
Baca juga, Erdogan: Turki Berhak Gelar Operasi Militer di Suriah.