REPUBLIKA.CO,ID, PERTH -- Endah Ari Cakrawati, yang pernah dikenal sebagai model dan presenter di Indonesia, turut menjadi korban kecelakaan pesawat ringan di Swan River, Perth saat perayaan Australia Day, hari Kamis (26/01) lalu.
Kepolisian Australia Barat telah mengkonfirmasi dua nama korban tewas, yakni Peter Lynch dan Endah Cakrawati.
"Peter Lynch berusia 52 tahun dan memiliki tiga orang anak, dan korban lainnya adalah Endah Cakrawati, usia 30 tahun asal Indonesia, yang sepengetahuan kami mereka adalah rekan dan sekaligus pasangan," ujar Stephen Brown dari Kepolisian Australia saat menggelar jumpa pers baru-baru ini.
Sementara itu, Konsulat Jenderal RI di Perth telah memberitahu pihak keluarga Endah soal kecelakaan ini.
"KJRI sudah menghubungi dan berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia," ujar Ade Padmo Sarwono, Konjen RI di Perth baru-baru ini.
"Kita juga akan terus berkomunikasi dengan polisi untuk memperoleh akses ke kamar jenazah, yang rencananya dilakukan hari ini," katanya saat dihubungi Erwin Renaldi dari ABC Australia Plus.
Ade menjelaskan bantuan yang akan diberikan oleh KJRI saat ada warga Indonesia yang meninggal di Australia adalah mengupayakan agar keluarga korban bisa datang ke Australia dan menemui otoritas atau pihak kepolisian.
"Kita akan membantu proses pengajuan visa bagi keluarga untuk datang ke Perth atau memfasilitasi untuk bertemu otoritas. Untuk selanjutnya soal jenazah, itu tergantung pihak keluarga untuk dibawa ke Indonesia atau tidak," tambahnya.
Endah diketahui bekerja dengan Peter sebagai manajer investor dan public relations di Cokal, perusahaan batu bara asal Australia yang beroperasi di Indonesia, Tanzania, dan Mozambik.
Sebelumnya, ia juga pernah menjadi model dan MC di Indonesia. Karirnya di dunia hiburan dimulai saat ia menyabet gelar runner-up I Putri Banten 2008.
Dari profil LinkedIn-nya disebutkan jika Endah adalah lulusan S-2 Magister Manajemen di Universitas Indonusa Esa Unggul.
Pilot yang dicintai banyak orang
Sementara itu Peter Lynch, yang menjadi pilot dalam pesawat tersebut, dikenal sebagai anggota komunitas penerbangan yang sangat disukai.
Penghormatan telah diberikan kepada Peter, yang pernah menjadi komunitas penggemar dunia penerbangan, The Great Eastern Fly-In.
Peter sebelumnya membuka sebuat museum penerbangan di Evans Head, kawasan pantai sebelah utara negara bagian New South Wales. Disini juga dibuat semacam taman penerbangan.
Halden Boyd mengatakan komunitas akan sangat terpukul karena berita duka ini.
"Ia sangat senang dunia penerbangan, semua orang yang kenal diri Peter sangat menyukai dirinya. Orangnya tulus," kata Halden.
"Kita sangat kaget, ia orang yang baik, dan memiliki visi." Gai Taylor, temannya yang lain, mengatakan Peter memiliki semangat tinggi untuk terbang.
"Kita sangat sangat terkejut, saya benar-benar terpukul," katanya kepada ABC.
"Ia sangat mencintai terbang."
Peter adalah konsultan pertambangan dengan bisnis di Indonesia. Ia baru saja pindah ke Australia Barat dari Queensland enam bulan yang lalu.
Dia telah banyak terlibat dalam pembangunan sebuah taman penerbangan di Evans Head, di mana orang bisa tinggal disana dan menyimpan pesawat mereka. Ia juga telah menyediakan lahan untuk pembangunan sebuah museum baru di kawasan tersebut.
Beberapa tahun sebelumnya, ia memoles hangar Bellman, bekas Perang Dunia II Bellman di Evans Head, yang kini menjadi museum.
Peter meninggalkan tiga anak-anaknya.
Kecelakaan maut ini telah membatalkan acara kembang api tahunan di perayaan Australia Day. Sebelumnya panitia memperkirakan jumlah yang hadir akan mencapai 300.000 orang.
Jumat pagi (27/01), polisi telah mengambil tangki bahan bakar pesawat itu dari sungai, tapi terus menjaga tempat kejadian masih ditutup untuk terus menyisir puing-puing pesawat.
Kerumunan warga tercenggang melihat pesawat jatuh
Salah seorang saksi, Tamara Legenstein mengatakan pertama kali melihat pesawat yang melintas.
"Saya melihatnya menuju sungai, awalnya saya pikir ini adalah pesawat yang akan beraksi dengan terbang turun rendah kemudian naik lagi ke langit," katanya.
"Tapi kemudian terhempas ke dalam air dan terbelah menajdi dua."
"Saya butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa itu terjadi."
Peta Healy, saksi lainnya mengatakan orang-orang di sekelilingnya awalnya tak percaya, dan berharap mereka yang ada di dalam pesawat baik-baik saja.
"Saya melihat pesawat turun ke sungai dan berbelok, tapi malah jadi terbalik dan menghempas air."
"Jadi hidung pesawatnya masuk air, kemudian saya mendengar bunyi dentuman terpuruk, dan yang saya lihat adalah terbelah jadi dua."
"Perahu polisi langsung sigap [datang]."
Pejabat sementara Komisaris Kepolisian Australia barat, Stephen Brown mengatakan ia sedang berada di kawasan sungai dengan ratusan petugas lainnya, saat bagian hidung pesawat masuk ke dalam air.
"Orang-orang sangat cepat di tempat kejadian, dalam beberapa menit menyelam, tetapi sayangnya, upaya ini tidak dapat menyelamatkan dua orang yang kehilangan nyawa mereka," katanya.
Pesta kembang api dibatalkan
Sebuah perahu yang penuh dengan kembang api telah dipindahkan dari sungai tersebut, Jumat pagi (27/01). Rencananya kembang api ini akan dihadirkan dalam kembang api tahunan di Perth, 'Skyworks'.
Tidak diketahui pasti, apakah pesta kembang api yang memakan biaya hingga $2 juta, sekitar Rp 20 miliar ini akan digunakan atau tidak.
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 27/02/2017 pukul 13:00 AEST. Laporannya dalam bahasa Inggris bisa dibaca di sini.