REPUBLIKA.CO.ID, SABRATHA -- Penjaga pantai Libya mencegat 1.131 migran di perairan Kota Sabratha selama sepekan. Para migran berasal dari berbagai negara yang didera konflik.
Juru bicara penjaga pantai, Ayoub Qassem, mengatakan 431 imigran, pada Kamis (2/2) dan sekitar 700 lainnya dicegat pada 27 Januari lalu dari tiga kapal kayu di daerah yang sama.
"Para migran ilegal itu berasal dari berbagai negara, termasuk sejumlah besar perempuan dan anak-anak," kata Qassem, Sabtu (4/2).
Mereka yang dicegat pada 27 Januari juga termasuk pendatang dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah Palestina. Para penyelundup menghalang-halangi penjaga pantai yang berusaha mencegat imigran-imigran tersebut dari kapal mereka.
"Penyelundup telah mencoba menggagalkan proses penangkapan dengan melepaskan tembakan ke penjaga pantai kami, tapi para penjaga pantai melawan dan memaksa para penyelundup untuk mundur," jelasnya.
Penjaga pantai Libya mengirimkan migran-migran itu kembali ke pusat penahanan. Meski demikian, kelompok-kelompok hak asasi banyak mengkritik pusat penahanan migran itu sebagai tempat yang tidak manusiawi.
Libya telah menjadi titik utama keberangkatan bagi para migran yang mencoba untuk menyeberangi perairan Mediterania dengan perahu ke Eropa. Penyeberangan dari Libya dilakukan sejak rute antara Turki ke Yunani sebagian besar telah tertutup tahun lalu.
Penyelundupan manusia umumnya beroperasi tanpa pertimbangan keselamatan. Banyak dari mereka yang tenggelam sebelum ditemukan oleh kapal penyelamat angkatan laut Uni Eropa. Lebih dari 4.500 orang tewas saat mencoba menyeberang tahun lalu.
Baca juga, 500 Imigran Tenggelam di Laut Mediterania.