Ahad 12 Feb 2017 15:39 WIB

Swiss Gelar Referendum Naturalisasi Imigran

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nur Aini
Bendera Swiss
Foto: AP
Bendera Swiss

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Swiss menggelar referendum pada Ahad (12/2) terkait izin kependudukan imigran generasi ketiga. Sejumlah kampanye dan pesan-pesan anti-Muslim telah menyebar dan menjadi perdebatan hangat di kalangan penduduk.

Referendum berisi pilihan ya atau tidak untuk proposal memudahkan imigran generasi ketiga jadi warga Swiss. Pemerintah, sebagian besar politikus, dan partai politik mendukung proposal agar izin kependudukan mereka dipermudah. Proposal tersebut mengizinkan cucu imigran melangkahi beberapa tahap proses untuk mendapatkan passport Swiss. Namun, kelompok nasionalis sayap kanan Swiss People's Party (SVP) menyebar teori dan pesan anti-Muslim untuk menolaknya.

Mereka membawa isu Islam dan identitas negara jadi bahan perdebatan nasional. Sejumlah kritik menilai SVP ingin memperparah sentimen xenofobia. Hal ini diperkirakan mempengaruhi hasil referendum.

Dilansir Aljazirah, pengamat Sophie Guignard dari Institute of Political Science di Universitas Bern mengatakan proposal referendum sebenarnya tidak berhubungan dengan agama. Hampir 60 persen dari imigran generasi ketiga ini berasal usuk Italia. Diikuti Balkan dan Turki.

Menurut studi departemen migrasi, kurang dari 25 ribu penduduk dari delapan juta populasi saat ini adalah imigran generasi ketiga. Artinya, setidaknya mereka memiliki satu kakek yang lahir di Swiss.

Guignard mengatakan SVP berulang kali menuduh Muslim ingin mengambil alih negara. Mereka fokus menyebarkan isu risiko jika Muslim menjadi penduduk resmi, maka nilai-nilai Swiss akan hilang. Sejumlah poster anti-Islam mulai banyak bermunculan di penjuru negeri. SVP mengaku tidak bertanggung jawab atas poster bergambar perempuan berhijab dan memakai niqab dengan pandangan tajam tersebut.

Poster ini mendesak pemilih untuk menolak kependudukan tak terkendali. Committee Against Facilitated Citizenship mengklaim penyebaran poster. Sejumlah anggotanya adalah anggota SVP, termasuk posisi pemimpin. Pemimpin komite yang juga anggota parlemen dari SVP, Jean-Luc Addor mendesak penduduk untuk katakan tidak pada generasi imigran. Mereka tidak ingin generasi imigran ini akan jadi warga asli Eropa dalam beberapa tahun ke depan.

"Dalam satu atau dua generasi, siapa yang akan jadi orang asing?," kata dia dalam situs SVP. Sejumlah kritik muncul mengecam poster-poster tersebut. Guignard mengatakan sebagian besar politikus dan jurnalis melihat poster itu sebagai serangan langsung melawan Muslim.

Sejak 2009, SVP berhasil mempengaruhi pola pikir pemilih Swiss untuk menolak imigran terutama Muslim. Mereka membuat pemilih Swiss menerima larangan konstruksi masjid baru. Sudah banyak referendum terkait keagamaan sejak gelombang migrasi meningkat.

Referendum kali ini membawa kekhawatiran yang sama. Menurut poling terbaru dari institut gfs.bern, sebagian besar masih mendukung proposal mempermudah kependudukan imigran generasi ketiga.

Sebanyak 66 persen mendukung, 31 persen menolak dan tiga persen belum memutuskan. Poling dari perusahaan media Tamedia menunjukkan 55 persen mendukung dan 44 persen menolak.

sumber : Aljazirah/Expatica
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement