REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Mantan menteri luar negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, terpilih sebagai Presiden Jerman pada Ahad (12/2). Steinmeier menjadi orang ke-12 yang terpilih sebagai Presiden Jerman di era pascaperang.
Steinmeier, seorang Demokrat Sosial, memenangkan 931 suara dari 1.239 suara sah oleh anggota parlemen dan perwakilan dari 16 negara bagian Jerman. Selain itu, 103 suara lainnya abstain dan 14 suara tidak sah.
Setelah Presiden Bundestag, Norbert Lammert, mengumumkan hasil pemungutan suara, semua perwakilan melakukan tepuk tangan meriah, kecuali sekitar selusin anggota partai populis, Alternative for Germany (AFD).
Partai AFD yang dikenal anti-imigran, tidak memiliki anggota parlemen di Bundestag, tetapi memiliki 10 dari 16 kursi parlemen negara Jerman. Partai ini diperkirakan menjadi partai terbesar ketiga setelah pemilihan umum pada 24 September dan mengajukan calon sendiri, yang mendapatkan 42 suara. "Saya memiliki keyakinan dalam dirinya untuk memimpin negara kita di masa-masa sulit," ujar Kanselir Jerman, Angela Merkel, setelah pemungutan suara.
Dalam pernyataan, Kremlin mengatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengucapkan selamat atas terpilihnya Steinmeier dan mengundangnya ke Moskow. Rusia selama ini selalu menginginkan agar Uni Eropa agar menghentikan sanksi terhadap Rusia atas pencaplokan di Krimea dan dukungan yang diberikan kepada kelompok separatis di Ukraina timur.
Steinmeier tahun lalu sempat menuai kritik ketika ia mengatakan keputusan NATO untuk menggelar manuver militer di Eropa Timur merupakan bentuk penghasutan perang. Sementara Partai Demokrat Sosialnya lebih memilih bersikap lembut terhadap Rusia daripada terhadap Merkel. Presiden Jerman saat ini, Joachim Gauck, dilaporkan akan mundur dari jabatannya secara resmi pada 18 Maret mendatang.