REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump memberikan sanksi terhadap Wakil Presiden Venezuela Tareck El Aissami, Senin (13/2). AS menuduh El Aissami memainkan peran utama dalam perdagangan narkoba internasional.
Keputusan eksekutif ini merupakan hasil dari investigasi yang dilakukan selama bertahun-tahun. El Aissami adalah pejabat Venezuela paling senior yang pernah menjadi sasaran AS. Departemen Keuangan AS juga memberikan sanksi kepada Samark Lopez. Lopez merupakan seorang pengusaha kaya Venezuela yang digambarkan AS sebagai aktor utama pencucian uang El Aissami melalui jaringan perusahaannya di beberapa negara.
Sebagai bagian dari tindakan, 13 perusahaan yang dimiliki atau dikendalikan oleh Lopez, termasuk lima perusahaan di Florida, akan diblokir dan Lopez akan dilarang memasuki Amerika Serikat. Beberapa real estate di daerah Miami milik Lopez senilai puluhan juta dolar juga diblokir.
Belum ada komentar dari pemerintah Venezuela atau El Aissami, yang telah lama membantah keterkaitannya dengan aksi kriminal. Namun, Lopez merilis sebuah pernyataan yang menuduh keputusan pemerintah AS tak berdasar dan bermotif politik.
Lopez, yang dikenal senang bepergian dengan jet pribadi Gulfstream 200, mengawasi jaringan perusahaan yang luas, mencakup Venezuela, British Virgin Islands, dan Panama. Ia melakukan bisnis dengan pemerintah Venezuela dalam industri makanan, logistik, dan minyak.
Pada 2012, ia juga tercatat sebagai pemegang saham utama di Intercontinental Bank, lembaga keuangan AS dengan satu cabang di Miami. Dalam pernyataannya, Lopez mengatakan ia akan melakukan semua upaya hukum. Menurutnya, dia bukan pejabat pemerintah dan menjadi sasaran hanya karena ia memiliki hubungan dengan El Aissami.
Sanksi dikeluarkan sepekan setelah kelompok bipartisan dari 34 anggota parlemen AS mengirim surat kepada Trump. Mereka mendesak Trump untuk memberikan tekanan kepada pemerintah sosialis Venezuela untuk menyelidiki El Aissami dan segera memberikan sanksi kepada pejabat yang bertanggung jawab atas korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.
El Aissami (42 tahun) telah menjadi target investigasi penegakan hukum AS selama bertahun-tahun, saat ia masih menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Venezuela. Saat itu ia diduga terlibat penipuan pembuatan puluhan paspor Venezuela yang berakhir di tangan orang-orang dari Timur Tengah, termasuk yang diduga anggota Hizbullah.
Gembong penyelundup narkoba di Venezuela, Walid Makled, sebelum dikembalikan dari Kolombia pada 2011, telah membayar suap kepada pejabat negara melalui kakak El Aissami. Suap itu untuk menutup mata pejabat atas pengiriman kokain yang menjamur di pelabuhan dan bandara Venezuela selama dua dekade terakhir.
Keputusan AS tidak menyebutkan hubungan El Aissami dengan kelompok Hizbullah. Pemerintah AS hanya mengatakan El Aissami telah bekerja sama dengan pengedar narkoba di Meksiko dan Kolombia untuk mengawasi beberapa pengiriman kokain ke AS dari Venezuela lebih dari 1.000 kilogram.