REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dua Muslim asal Kanada ditolak masuk wilayah AS melalui perbatasan kedua negara setelah petugas perbatasan menemukan video berbahasa Arab dalam ponsel kedua orang tersebut. Padahal, keduanya hanya hendak berbelanja.
Fadwa Alaoui dan Fadela Boutaleb harus menghentikan rencana belanja perlengkapan perayaan kemoterapi terakhir anak Alaoui yang berusia lima tahun. Ketika mereka sampai di perbatasan AS di Highgate Springs, Vermont, keduanya ditanyai petugas tentang agama, hal yang terlarang dalam aturan AS.
''Petugas itu bertanya,'Apa kamu Muslim?'. Saya jawab, 'Ya'. Itu pertama kalinya saya ditanyai hal tak terduga,'' kata Alaoui seperti dikutip CBS News, Selasa (14/2).
Pascakejadian itu, Alaoui mengaku takut mengunjungi orang tuanya yang tinggal di Chicago. Menurutnya, pesan yang ingin disampaikan petugas perbatasan tidak diterima di AS.
Alaoui menambahkan, ia dan Boutaleb juga diminta menyerahkan ponsel dan menyebutkan kata pengamannya. Petugas kemudian memeriksa ponsel mereka dan menemukan ceramah dalam Bahasa Arab serta doa-doa dalam bentuk audio. ''Mereka tanya, 'Apa orang Maroko suka Amerika?','' kata Boutaleb.
Setelah selama hampir lima jam, mereka ditolak masuk AS dengan alasan petugas menemukan video yang dikhawatirkan berisi ajakan melawan AS.
Baca juga, Tanggapan Muslim AS Atas Kemenangan Trump.
Juru bicara Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menyatakan pihaknya belum bisa menyampaikan komentar tentang hal ini. Namun, mereka menyampaikan tidak melakukan diskriminasi berdasarkan agama dan mencegah terorisme adalah prioritas utama mereka.