REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak akan menghentikan latihan militer tahunan yang dilakukan bersama Korea Selatan (Korsel). Hal ini sekalipun Korea Utara (Korut) menangguhkan program nuklir negara itu.
Sebelumnya, Cina meminta Korut menghentikan kegiatan nuklir untuk sementara waktu dan sebagai gantinya Korsel bersama AS tidak melanjutkan latihan militer skala besar. Hal ini dinilai dapat menjadi langkah awal mengurangi ketegangan yang terjadi di wilayah Semenanjung Korea.
Namun, Negeri Paman Sam melihat bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, mengingat rezim pemerintahan Korut bersifat tak rasional. AS bersama Korsel perlu melakukan upaya pertahanan guna menghindari ancaman dari negara terisolasi itu.
"Pada titik ini, kami tidak melihat bahwa permintaan Cina dapat menjadi sebuah kesepakatan yang layak," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner seperti dilansir The Telegraph, Kamis (9/3).
Sementara itu, Departemen Pertahanan AS mengatakan latihan militer rutin yang dilakukan sebagai bagian dukungan untuk Korsel adalah hal yang wajar. Dengan demikian, langkah ini tidak dapat disamakan seperti Korut yang berulang kali melakukan pelanggaran internasional.
Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Rabu (8/3) kemarin, peluncuran rudal Korut menjadi agenda pembahasan. AS mengatakan harus melihat langkah-langkah positif yang mungkin diberikan rezim pemerintahan Korut.
"Sebelum membahas cara untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea, kami harus melihat semacam tindakan positif yang dilakukan Korut," jelas Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.