Selasa 04 Apr 2017 17:27 WIB

Stasiun Kereta St Petersburg Kembali Beroperasi Sebagian

 Kereta bawah tanah yang terkena ledakan di stasiun kereta bawah tanah Tekhnologichesky Institut di St Petersburg, Rusia, Senin (3/4).
Foto: AP Photo/www.vk.com/spb_today via AP
Kereta bawah tanah yang terkena ledakan di stasiun kereta bawah tanah Tekhnologichesky Institut di St Petersburg, Rusia, Senin (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG -- Sebagian operasi di Stasiun Kereta Bawah Tanah St Petersburg telah dipulihkan setelah ledakan yang menewaskan 14 orang dan melukai puluhan orang lagi pada Senin (3/4).

Laporan media mengatakan dua stasiun masih ditutup, yaitu Stasiun Sennaya Ploschad dan Technologichesky Institute. Komite Penyelidik Rusia (IC) membuka kasus pidana mengenai ledakan tersebut di Metro St Petersburg pada Senin (3/4), demikian isi pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh IC.
 
Ledakan akibat bahan peledak yang tak diketahui terjadi sekitar pukul 14.40 waktu setempat di satu gerbong kereta di jalur antara Stasiun Metro Technological Institute dan Sennaya Ploshchad (Bundaran) di St Petersburg. "Meskipun kenyataannya bahwa kasus pidana telah diluncurkan berdasarkan Pasal 205 Hukum Pidana Rusia (peraturan mengenai teroris), para penyelidik akan menyelidiki potensi kasus kecelakaan lain," kata Juru Bicara IC Svetlana Petrenko.
 
Menurut pernyataan tersebut, satu kelompok penyelidik yang berpengalaman dan ahli pidana dari kantor pusat Komite Penyelidik dikirim ke St Peterburg, Selasa siang.
 
 
Penyelidikan awal dimulai.
Kantor Jaksa di St Peterburg juga telah memulai penyelidikan sehubungan dengan ledakan itu. Jaksa Penuntut Kota tersebut, Sergei Litvinenko, sudah tiba di lokasi untuk mengkoordinasikan tindakan lembaga pelaksana hukum, kata satu pernyataan dari Kantor Jaksa Penuntut Umum Rusia.
 
"Kami akan melakukan apa saja yang bisa kami kerjakan untuk menjelaskan semua hal yang memberi sumbangan buat komisi mengenai peraturan tentang teroris, sehingga ini tidak terjadi lagi pada masa depan," kata kantor berita TASS, yang mengutip Wakil Kantor Jaksa Penuntut Umum Alexander Kurennoy.
 
Pada pagi hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan lembaga pelaksana hukum Rusia sedang bekerja untuk menentukan kondisi seputar ledakan itu, dan semua kasus yang mungkin dipertimbangkan, termasuk terorisme.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement