REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Presiden Suriah Bashar al-Assad mengklaim bahwa pemerintahannya tidak ada hubungannya dengan insiden dan penyerangan senjata kimia yang terjadi di Idlib pekan lalu. Ia menilai tudingan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh pemerintah dan militer Suriah adalah sebuah pemalsuan.
“Tuduhan bahwa pasukan Suriah telah sengaja meracuni warga sipil (pada serangan Idlib) adalah 100 persen pemalsuan,” kata Assad seperti dilaporkan laman The Independent, Jumat (14/4).
Assad justru menuduh Barat merupakan dalang di balik serangan mematikan yang terjadi di Idlib. “Kesan kami adalah bahwa Barat, terutama Amerika Serikat (AS) adalah pihak yang berada satu pihak dengan teroris. Mereka mengarang seluruh cerita untuk memiliki dalih terhadap serangan (di Idlib) itu,” ucap Assad.
Seperti diketahui, pada pekan lalu kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, dihantam sebuah serangan mematikan. Serangan dengan menggunakan senjata kimia tersebut menyebabkan lebih dari 80 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Insiden tersebut dikecam dan dikutuk oleh masyarakat internasional, khususnya tujuh negara kekuatan dunia (G-7). Kendati demikian, Suriah dan sekutunya Rusia, membantah bahwa serangan tersebut dilakukan oleh militer Suriah atau koalisi. Rusia bahkan menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk melakukan investigasi independen terkait tudingan yang dilontarkan oleh Barat.