Ahad 16 Apr 2017 10:33 WIB

Polisi India Tembak Mati Mahasiswa dalam Bentrokan di Kashmir

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Bilal Ramadhan
Bentrokan di Kashmir (ilustrasi)
Foto: ap
Bentrokan di Kashmir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KASHMIR -- Seorang siswa berusia 17 tahun, Sajad Hussain Sheikh, dilaporkan telah ditembak mati oleh polisi India saat terjadi bentrokan di wilayah mayoritas Muslim di Kashmir, Sabtu (15/4). Sementara lebih dari 50 mahasiswa lainnya terluka setelah mendapatkan serangan gas air mata dari pasukan keamanan.

"Kami sejauh ini telah merawat sedikitnya 54 orang yang terkena gas air mata. Tiga orang yang terluka kritis telah dirujuk ke Srinagar," ujar kepala medis dari Pulwama, Dr Talat Jabeen.

Warga yang menjadi saksi mata mengatakan, polisi menembak Sajad di bagian kepala. Saat itu Sajad bersama sejumlah rekannya melempari kendaraan lapis baja milik pasukan keamanan dengan batu di daerah Batamaloo, Srinagar.

"Ada beberapa kendaraan pasukan keamanan perbatasan yang melintas, dan beberapa remaja melemparkan batu ke arah mereka. Lalu ada suara tembakan peluru dan Sajad tertembak langsung di kepala," kata Tahir Ahmad, warga setempat, dikutip Aljazirah.

Hindustan Times melaporkan, para mahasiswa itu marah karena sebuah pos pemeriksaan keamanan didirikan di dekat perguruan tinggi mereka. Sehingga mereka mulai melemparkan batu ke arah pasukan keamanan. Dalam sebuah pernyataan, polisi India mengatakan mereka sedang mengumpulkan keterangan dan bukti dari kasus kematian Sajad.

Sebelumnya di hari yang sama, pasukan keamanan India dan mahasiswa juga terlibat bentrok di sebuah perguruan tinggi di kota Pulwama, di selatan Kashmir. Kashmir merupakan wilayah perbatasan yang dikendalikan oleh pasukan India dan Pakistan yang dilengkapi senjata nuklir. Kedua negara itu terlibat tiga kali perang sejak merdeka dari Inggris pada 1947, dan dua di antaranya terjadi di Kashmir.

Kelompok pemberontak berjuang selama beberapa dekade untuk kemerdekaan Kashmir dari India dan menggabungkannya dengan Pakistan. Sedangkan India telah berusaha mempertahankan lebih dari setengah juta tentaranya di wilayah yang disengketakan itu. Lebih dari 70 ribu orang telah dilaporkan tewas dalam konflik sejak 1989.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement