REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemilihan kepala negara di Perancis diwarnai demonstrasi. Itu dilakukan sebagai bentuk protes melajunya, calon presiden Emmanuel Macron dan Marine Le Pen ke putaran selanjutnya.
Massa yang protes atas majunya Le Pen ke putaran kedua berkumpul di lapangan Place de la Bastille di pusat Kota Paris. Polisi terpaksa mulai membubarkan massa menggunakan gas air mata.
Seperti diwartakan Telegraph, Ahad (23/4)berdasarkan hitungan cepat, Emannuele Marcon unggul dengan 23,7 persen suara. Diikuti Marine Le Pen yang meraih 21,7 persen suara. Hasil itu membuat kedua calon presiden akan saling berhadapan pada putaran kedua pada 7 Mei mendatang.
Sebelumnya, kedua finalis memiliki program yang bereda bagi Perancis terhadap Eropa dan dunia. Marcon dengan kampanye progressive melawan conservatives. Sementara Le Pen mengkampanyekan partiot melawan kaum global.
Marcon berencana menguatkan aktivitas Perancis di Eropa. Sedangkan Le Pen berencana untuk keluar dari Uni Eropa. Hal itu akan dia lakukan melalui referendum setelah enam bulan menjadi presiden nanti.
Sementara, kandidat lain lantas memberikan suara mereka kepada Marcon. Salah seorang kandidat, Francois Fillon beranggapan Le Pen akan membawa kehancuran bagi Perancis dan membawa kekacauan di Eropa. "Ekstrimis hanya membawa kesialan dan perpecahan bagi Perancis," katanya.