Sabtu 06 May 2017 20:21 WIB

Bagaimana Email Macron yang Diretas Bisa Menyebar?

Calon presiden Prancis sekaligus pendiri gerakan En Marche Emmanuel Macron.
Foto: Reuters
Calon presiden Prancis sekaligus pendiri gerakan En Marche Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Tanda pagar (tagar) #MacronLeaks muncul di media sosial Twitter dari akun tokoh alt-right atau berideologi kanan pada Jumat siang (5/5).

Kandidat presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pada Jumat (5/5), ia menjadi target serangan hacker. Macron mengungkapkan hacker telah meretas jaringan komputernya dan berhasil mengakses akun email kampanyenya serta mempublikasikannya secara online dua hari menjelang pemilihan presiden Prancis. Prancis akan menggelar pemilu presiden putaran kedua, Ahad (7/5).

Dilaporkan tagar #MacronLeaks diretweet 87 kali dalam lima menit pertama. Hal ini mengindikasikan penggunaan bots otomatis untuk menyebarkan informasi dengan lebih cepat.

Dalam 90 menit, informasi tersebut menarik perhatian pendukung terkemuka rival Macron, Marine Le Pen dan lantas menyebar lagi melalui bots. Sekitar 3,5 jam setelah cicitan pertama, #MacronLeaks telah digunakan 47 ribu kali. Akun Wikileaks juga memainkan peran kunci dalam mempublikasikan tagar tersebut.

Belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas bocornya surat elektronik kampanye Macron. Tim kampanye Macron tidak menyalahkan pihak khusus. Tim mengatakan peretas jelas bertujuan merusak demokrasi Prancis.

Hal ini sangat berbeda saat email Partai Demokrat AS bocor tahun lalu saat pemilu presiden. Partai Demokrat menuding peretas Rusia sebagai dalangnya.

Sekitar 9 GB data diposting secara online oleh pengguna anonim. "Data yang bocor diambil beberapa pekan lalu dari akun personal dan akun email profesional milik sejumlah pejabat gerakan En Marche," kata tim kampanye dalma pernyataan, dikutip BBC, Sabtu (6/5).

Dokumen itu hanya memuat aktivitas kampanye secara legal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement