REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pejabat di ibu kota Yaman, Sanaa menyatakan pada Ahad (14/5) waktu setempat, bahwa sejumlah wilayah di ngara itu dalam keadaan darurat akibat wabah kolera. Wabah ini telah merenggut jiwa puluhan warga.
Kementerian kesehatan Yaman meminta badan kemanusiaan dan pemberi bantuan lain membantu mengatasi wabah tersebut dan mencegah bencana. Pranata kesehatan sangat parah, menurun akibat perang lebih dari dua tahun, yang juga mengakibatkan jutaan orang mengungsi, dan hal itu tidak dapat diatasi, kata kantor berita Saba.
Yaman dilanda perang pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan Iran, dengan kekuatan gabungan pimpinan Arab Saudi, yang didukung Barat. Lebih dari 10.000 orang tewas, sebagian besar hampir setiap hari mengalami serangan udara, sejak pertempuran tersebut dimulai.
Hanya beberapa layanan medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebuah epidemi akhir tahun lalu telah berangsur hilang, namun wabah kolera akhir-akhir ini sering menjangkit.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis menyatakan penyakit diare di wilayah itu menewaskan 51 orang sejak 27 April dan 2.752 orang diduga terjangkit. Lima puluh delapan penderita lain terpastikan.
Menurut data WHO, Sanaa menjadi daerah terparah yang dijangkiti oleh wabah, diikuti oleh provinsi Amanat al-Semah. Kasus tersebut juga telah dilaporkan terdapat di kota besar lain, termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden. WHO mengatakan bahwa 7,6 juta orang tinggal di daerah dengan risiko tinggi penularan kolera.
Sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kurang mendapat makanan memadai dan setidak-tidaknya tiga juta anak-anak kekurangan gizi masuk kategori "bahaya berat", kata PBB.