REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Anggota Biro Politik Hamas, Khalil Hayah dalam khutbah di Mesjid Zawayideh Jalur Gaza menyatakan, bahwa Hamas menentang blokade terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selam 11 tahun. Kondisi itu, kata dia, telah menyebabkan dampak bagi warga Palestina yang berkepanjangan.
Karena itu, Ia menegaskan, bahwa Israel bertanggung jawab terhadap krisis yang melanda Gaza seperti krisis listrik, air, obat-obatan dan bahan material bangunan. Selain itu, ia juga menuntut, Fatah melaksanakan butir-butir kesepakatan rekonsiliasi nasional serta membentuk lembaga nasional dengan prinsip dan mekanisme poltitik yang jelas.
“Rekonsliasi tersebut bertujuan untuk mengakhiri pendudukan, pemulangan pegungsi, serta pendirian negara Palestina,” ungkapnya, kemarin.
Dalam khutbahnya, Khalil juga megecam pihak-pihak yang melakukan kerja sama intelejen dengan Israel karena merugikan warga Gaza serta mengakibatkan terbunuhnya Mazen Fuqaha’.
Menurutnya, eksekusi mati terhadap mata-mata Israel di Gaza adalah pukulan berat untuk Israel. Ia mengeaskan, bahwa, hukuman bagi yang melakukan kerja sama dengan intelejen Israel adalah mati.
Selain itu, Khalil menolak, pernyataan Trump di KTT Arab lalu yang menuduh bahwa Hamas adalah gerakan teroris. "Gerakan perlawanan terhadap Israel sesuai hukum dan kami tidak akan mundur," tegasnya.