REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Warga sipil di Mosul, Irak tengah menghadapi bahaya yang begitu besar. Hal ini terjadi seiring dengan serangan ofensif yang dilakukan pasukan pemerintah negara itu dalam memukul mundur Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut koordinator bantuan kemanusian PBB Lisa Grande, saat ini kondisi warga sipil sangat mengkhawatirkan. Mereka menjadi target utama ISIS yang terus berupaya melawan pasukan pemerintah. Kelompok militan itu juga masih menguasai sejumlah lokasi penting, seperti yang memiliki sumber daya air.
Menurut Grande, banyak warga yang selama ini telah kekurangan air serta listrik sebagai bagian utama dari kehidupan mereka. Ratusan ribu orang telah meninggalkan Mosul sejak serangan ofensif yang juga dibantu oleh Peshmerga Kurdi, dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) dimulai pada Oktober 2016 lalu.
"Kami tahu ISIS secara langsung menargetkan warga yang tentunya memiliki keluarga saat mereka mencoba melarikan diri. Saat ini juga, persediaan makanan dan obat-obatan sangat terbatas dan ini menjadi kondisi sangat buruk bagi semua orang," ujar Grande, dilansir BBC, Senin (29/5).
Saat ini, ISIS dilaporkan masih menguasai sejumlah area di Kota Tua Mosul yang diperkirakan menjadi benteng terakhir kelompok militan tersebut. Pasukan pemerintah telah mempersiapkan serangan lebih lanjut, diantaranya dengan mengerahkan penembak jitu.
ISIS saat ini telah kehilangan sebagian besar wilayah di Mosul. Kelompok teroris itu diyakini hanya menguasai distrik-distrik di barat laut, termasuk wilayah Kota Tua yang merupakan kawasan pusat kebudayaan dan sejarah.
Mosul dikuasai oleh ISIS pertama kali pada Juni 2014 lalu. Kota itu diyakini menjadi basis terkahir kelompok tersebut di Irak. Seluruh wilayah timur kota menjadi yang pertama dikuasai kembali oleh pasukan pemerintah.
Meski demikian, PBB meyakini setidaknya ada 400 ribu orang yang hingga saat ini masih terjebak dalam pertempuran. Mereka seluruhnya dikhawatirkan dapat menjadi tawanan ISIS.
Sementara itu, PBB juga melaporkan pertempuran di Mosul telah membuat sebanyak lebih dari 8000 warga sipil tewas maupun terluka. Jumlah tersebut didapat berdasarkan catatan dari mereka yang berhasil mendapat penanganan medis.
Salah seorang warga sipil yang berhasil keluar dengan selamat dari Mosul, Homira mengatakan ia hampir meninggal karena kelaparan. Selama berhari-hari, ia harus bersembunyi dari ISIS, tanpa persediaan makanan yang cukup.
"Kami merasa dalam penjara dan ketika melihat kedatangan pasukan pemerintah, itu menjadi momen paling membahagiakan dalam hidup kami," ujar Homira.