REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Afghanistan, di tengah pemberontakan yang memperburuk kondisi ekonomi dan pembatasan kebebasan sipil, meluncurkan saluran televisi yang didedikasikan khusus untuk perempuan. Zan TV atau Women TV adalah saluran satelit digital sepanjang masa yang bertujuan menampilkan prestasi wanita Afghanistan serta tantangan sehari-hari yang mereka hadapi pada khalayak global.
Hamid Samar, pendiri dan direktur saluran televisi itu, optimistis dengan prospek saluran khusus itu. "Zan TV adalah saluran televisi pertama dalam sejarah Afghanistan yang dioperasikan oleh perempuan dan untuk perempuan," katanya kepada Anadolu Agency.
Samar mengatakan meskipun lembaga bantuan telah banyak berinvestasi untuk mempromosikan peluang bagi perempuan di Afghanistan, tidak ada hasil substansial yang telah dicapai. Setelah jatuhnya pemerintah Taliban pada 2002, dana dari masyarakat menyebabkan kemunculan dan pertumbuhan media swasta yang sebelumnya tidak ada.
Saat ini, sekitar 76 saluran televisi swasta dan publik beroperasi namun banyak yang bergantung pada bantuan dan hibah untuk bertahan dalam ekonomi yang masih terpengaruh oleh pertempuran yang sedang berlangsung dan serangan teror. "Kami berharap donor internasional akan membantu dan mendukung kami untuk menjadikan Zan TV sebagai proyek berkelanjutan selama bertahun-tahun yang akan datang, sampai menjadi pemain kunci dalam industri ini," kata Samar.
Namun, semangat dan staf perempuan stasiun itu telah menjadikannya sebuah inisiatif unik untuk mempromosikan isu-isu perempuan.
Di hadapan simposium perempuan yang berjudul "Wanita Afghanistan, Utusan Damai" bulan lalu, Presiden Ashraf Ghani mengatakan bahwa perdamaian sejati hanya bisa dicapai saat laki-laki dan perempuan menikmati hak asasi. "Untungnya, kita mengikuti agama di mana manusia tidak dibagi berdasarkan jenis kelamin, tapi laki-laki dan perempuan setara dan dianugerahi harkat dan status yang sama sesuai dengan martabat manusia," katanya kepada peserta.
Inisiatif unik
Ghani mengatakan jika bukan karena konflik yang telah melanda Afghanistan selama beberapa dekade, ribuan perempuan akan menjadi dokter, insinyur, perawat, guru dan anggota masyarakat terkemuka bukannya menjalani kehidupan yang diwarnai dengan kekurangan dan kesedihan.
Mehria Afzali, kepala bagian urusan politik di Zan TV mengatakan saluran tersebut ingin menunjukkan keberhasilan apa yang dapat dicapai perempuan. "Bagi saya, tidak masalah jika saya bekerja sama dengan laki-laki atau perempuan tapi tentu saja, saya merasa lebih nyaman dengan perempuan," katanya.
"Kami ingin membuktikan dengan Zan TV bahwa perempuan Afghanistan itu kuat dan mampu melakukan begitu banyak hal."
Meskipun pemerintah telah menyelesaikan sebuah rencana aksi nasional untuk perempuan, namun pemerintah belum menyusun anggaran.
Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan melaporkan 2.621 kasus kekerasan dalam rumah tangga dalam delapan bulan pertama tahun 2016 - angka yang sama sampai tahun 2015 walaupun jumlahnya cenderung lebih tinggi karena kurang pelaporan.