REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Negara-negara Jazirah Arab menargetkan jaringan media yang berbasis di Doha, Aljazeera, untuk menyerang Qatar. Jurnalis Aljazeera yang pernah ditangkap oleh pemerintah Mesir, Peter Greste, mengatakan kondisi ini berbahaya bagi para staf.
Seperti diketahui, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UAE), dan Bahrain memblokade akses ke stasiun TV dan laman media tersebut sejak dua pekan lalu. Pusat siaran di Riyadh dan Amman telah ditutup. Aljazirah juga menghadapi serangkaian serangan siber.
ABC menyebutkan, Aljazirah memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Qatar. Pemimpin Aljazirah merupakan anggota keluarga al-Thani yang memimpin kekuasaan Qatar saat ini. Jaringan media tersebut juga diluncurkan dengan dukungan dana dari mantan pemimpin Qatar.
Greste mengatakan, Qatar telah lama ingin mengambil peran di Jazirah Arab. Negara itu menggunakan kekayaan, pengaruh, serta institusi-institusi, termasuk Aljazirah, untuk menekan negara-negara tetangga. Qatar selalu menyatakan mereka punya niat baik, namun negara-negara tetangga, termasuk Mesir dan Arab Saudi, telah lama menuduhnya terlalu mencampuri urusan internal negara lain.
Negara-negara Arab menggunakan apapun untuk menekan Qatar. “Aljazirah adalah salah satu alat yang mereka gunakan untuk itu,” kata dia.
Greste mengatakan, sejauh yang ia dan para rekannya ketahui, tidak ada hubungan antara Aljazirah dan organisasi-organisasi teroris, begitu juga IM. Seiring dengan keretakan hubungan antara Qatar dan negara-negara Arab, ia mengatakan kondisi bisa saja memburuk menjadi konfrontasi terbuka.
Ia menyebutkan, perpecahan ini merupakan yang paling serius dalam 30-40 tahun terakhir. Ada kemungkinan memburuknya tensi di wilayah tersebut dalam beberapa pekan atau bulan. Qatar mungkin akan terus dikucilkan dan ditekan, termasuk dalam bidang ekonomi.
Menurut Peter, Turki merupakan mediator yang baik antara Qatar dan negara-negara lain. Walaupun begitu, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menegaskan negaranya tak akan menyerah menghadapi sanksi ini.
Walaupun Aljazirah menyatakan tidak bersikap partisan terhadap ideologi, kelompok, atau pemerintah manamun, Greste mengatakan Aljazirah bermasalah dalam pemberitaan politik. Salah satunya memberitakan IM. “Secara politis, seakan mereka bersekutu dengan IM,” kata dia.
Ketika masih bekerja untuk Aljazirah, Greste pernah dipenjara selama 400 hari terkait tudukan terorisme. “Semua orang yang berkaitan dengan Qatar rentan ditangkap dan rentan dituduh memiliki hubungan dengan terorisme,” kata dia.
Menurut Peter, negara-negara Arab berasumsi bahwa Qatar telah mendukung pembiayaan terorisme. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan Qatar dan lembaga-lembaga negaranya akan dikaitkan dengan terorisme. Ia mengingatkan, tak hanya dirinya yang dipenjara selama 400 hari karena tekanan tensi politik tersebut.
Ia kini menuntut ganti rugi atas 'siksaan' yang disebabkan oleh Aljazirah. Ia kecewa, Aljazirah menuntut Mesir senilai 150 juta dolar AS sebagai kompensasi atas staf-stafnya. Namun, para staff justru tidak men