REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Bahrain memblokade Qatar karena mereka menuding Qatar membiayai gerakan teroris termasuk Ikhwanul Muslimin.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan, Qatar perlu mengakhiri dukungannya terhadap Hamas Palestina dan Ikhwanul Muslimin. Ini dilakukan untuk memulihkan hubungan Qatar dengan negara-negara Arab lainnya.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Bahrain saat ini menambahkan 59 orang ke daftar hitam teroris. Di antaranya 18 orang Qatar, termasuk Abdullah bin Khalid Al Thani, mantan menteri dalam negeri dan anggota keluarga kerajaan Qatar.
Pemerintah Qatar mengatakan, langkah tersebut memperkuat tuduhan tak berdasar. "Posisi kami dalam melawan terorisme lebih kuat daripada penandatangan pernyataan bersama. Sebuah fakta yang telah diabaikan oleh para penulis," katanya, Jumat, (9/6) dikutip reuters.
Mantan menteri dalam negeri Qatar belum bisa dihubungi untuk memberikan Komentar. Banyak pihak lain menambahkan tokoh yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin masuk ke dalam daftar hitam. Termasuk pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin, Yousef al-Qaradawi. Beberapa lainnya adalah militan terkemuka yang telah bertempur di Libya dan Suriah.
Presiden Turki Tayyip Erdogan yang partainya berakar pada politik Islamis dan mendukung Ikhwanul Muslimin memberi isyarat memberikan dukungannya kepada Qatar. Ini dilakukan dengan menandatangani undang-undang untuk mengirim pasukan ke sebuah pangkalan Turki di sana.
Turki akan mengirim pesawat tempur dan kapal perang ke Qatar setelah penempatan pasukan awal. Ini disebutkan oleh surat kabar Hurriyet di situsnya.
Pejabat Turki tidak segera memberikan komentar mengenai laporan tersebut, namun Hurriyet mengatakan, Turki berencana mengirim sekitar 200 hingga 250 tentara dalam waktu dua bulan.