Ahad 11 Jun 2017 15:28 WIB

Larang Berpuasa, Pejabat Cina Tinggal di Rumah Muslim Uighur

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nur Aini
Muslim Uighur di Cina
Foto: EPA/How Hwee Young
Muslim Uighur di Cina

REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Pemerintah Xinjiang, Cina membuat aturan untuk melarang muslim Uighur melaksanakan puasa dan shalat selama Ramadhan dengan memerintahkan pejabatnya tinggal di setiap rumah mereka.

Dilansir dari rfa.org, Kamis (8/6), pejabat yang tinggal di setiap keluarga muslim merupakan kader Partai Komunis Cina yang bertugas memantau ibadah mereka selama Ramadhan. Mereka juga memaksa semua restoran buka dan membatasi akses ke masjid.  Aturan ini dilakukan sejak 26 Mei 2017 hingga 24 Juni 2017, dimana pejabat Cina akan tinggal selama 15 hari untuk memastikan mereka tidak shalat dan puasa.

"Inspeksi dilakukan saat berbuka puasa ketika lampu rumah ada yang menyala, begitulan cara kita melakukan patroli dan inspeksi," ujar seorang polisi di Kota Hotan.

Setiap 10 pejabat nantinya akan melapor ke pejabat yang lebih tinggi terkait pemantauannya. Mereka juga tinggal di rumah petani untuk menanyakan pandangan ideologis mereka. Seorang petani asal Qunqash Hotan mengatakan kader Partai komunis sudah tinggal di desanya sejak sehari sebelum puasa Ramadhan dimulai. "Mereka akan berada di sini selama 15 hari dan akan terus menerus melarang berpuasa," kata petani tersebut.

Selain itu, pemerintah juga memaksa kader Uigur, pegawai negeri, dan pensiunan pemerintah yang meminta uang pensiun untuk menandatangani dokumen bahwa berjanji untuk tidak berpuasa dan shalat selama Ramadhan. Seolah-olah memberi contoh kepada muslim Uigur kepada masyarakat.

Mereka yang menandatangani dokumen juga bertanggung jawab untuk memastikan tidak ada teman dan keluarga yang berpuasa dan shalat. "Sebagian besar isi surat sama seperti tahun lalu. Namun, tahun ini kita diharuskan memantau keluarga kita, tetangga, dan keluarga menjadi tanggung jawab kita serta membujuk mereka untuk tidak berpuasa," ujar perwira pembantu di Kota Hotan.

Seorang mahasiswa pascasarjana Uigur mengatakan ayahnya seorng pegawai negeri di Xinjiang juga menandatangani dokumen tersebut. Padahal kakeknya, merupakan orang yang shaleh. Dia sudah pergi haji dan selalu memerintahkan untuk menjalankan agama seperti shalat, puasa, dan menyemarakkan Ramadhan. Tetapi kali ini ayahnya tidak hanya diminta tak berpuasa, tetapi juga meminta kakek dan neneknya tidak berpuasa karena menandatangani surat pertanggung jawaban tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement