REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan jumlah kematian akibat kolera di Yaman telah meningkat hampir dua kali lipat dalam dua pekan terakhir. Hingga Senin (12/6), tercatat ada lebih dari 124 ribu kasus wabah kolera baru di Yaman dan 923 orang telah dinyatakan meninggal dunia. Kolera kini telah menjangkit 20 dari 22 provinsi di Yaman.
WHO memperkirakan, wabah penyakit ini dapat mempengaruhi sebanyak 300 ribu orang dalam waktu enam bulan ke depan.
Ibu kota Sana'a bahkan telah mengumumkan keadaan darurat pada Mei lalu sebagai tanggapan atas wabah tersebut.
Kelompok amal internasional Oxfam mengatakan, kolera telah menewaskan satu orang dalam satu jam di Yaman. Dua tahun peperangan telah memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan Yaman. Ribuan orang yang terinfeksi kolera tidak dapat mengakses layanan pengobatan.
Menurut UNICEF, obat-obatan dan cairan intravena selalu cepat habis, serta banyak petugas kesehatan yang belum dibayar upahnya selama hampir sembilan bulan. "Kakak saya sakit dan hamil, dia akan meninggal karena tidak ada dokter atau klinik. Kami bahkan tidak bisa mendapatkan vaksinasi apapun," kata Eman Al-Bouraee, seorang warga Sana'a, kepada Aljazirah.
Lebih dari 400 keluarga yang melarikan diri dari pertempuran di berbagai penjuru negeri, kini berlindung di dekat pabrik pengolahan limbah di pantai Laut Merah Yaman. Mereka merasa khawatir wabah kolera juga dapat menimpa mereka.
"Orang-orang yang tinggal di lahan pabrik limbah adalah bencana. Perempuan dan anak-anak dapat dengan mudah menjadi korban penyakit. Saya ingin organisasi amal atau kemanusiaan dapat membawa orang-orang ini pergi dari sini," ujar insinyur instalasi pabrik, Ameen Kasem Heggy.
Ini adalah wabah kolera kedua yang menyebar di Yaman dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Di tahun kedua perang Yaman, PBB mengatakan rata-rata 100 orang kehilangan nyawa mereka setiap bulan karena perang, yang berarti wabah kolera dapat memperparah jumlah kematian penduduk Yaman.
Kolera adalah infeksi diare akut. Penyakit disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholera. Saat ini hanya beberapa fasilitas medis yang masih berfungsi di Yaman dan dua pertiga penduduknya masih tidak memiliki akses air minum yang bersih dan aman.
Baca juga, Serangan Satu Malam di Yaman, Tewaskan 27 Orang.