REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Penutupan media penyiaran Aljazirah menjadi salah satu tuntutan yang diajukan negara-negara Teluk terhadap Qatar. Terkait hal ini, kantor berita Turki, Anadolu Agency (AA) melakukan wawancara khusus dengan Direktur Pelaksana Aljazirah Giles Trendle perihal sengketa yang turut menyeret medianya.
Dilaporkan laman AA, berikut kutipan wawancara dengan Giles Trendle.
AA: Di mana Aljazirah berdiri dalam krisis Qatar dengan beberapa negara Arab?
Trendle: Kami mengerti dari daftar yang telah dilaporkan bahwa penutupan Aljazirah adalah salah satu tuntutan (beberapa negara Arab). Tapi sebagai Aljazirah, kami berkomitmen untuk melanjutkan misi jurnalisme kami yang berani dan meyakinkan. Kami berkomitmen untuk menurunkan laporan yang terus terang dan adil di seluruh dunia. Kami berkomitmen untuk misi editorial kami.
AA: Sejak 2011, Aljazirah menjadi sasaran segala jenis kampanye: wartawan Anda dipenjara, kantor Anda ditutup, situs Anda diblokir. Pada saat yang sama, organisasi media lainnya, seperti Al-Arabiya dan Sky News Arabiya, melanjutkan pekerjaan mereka tanpa gangguan. Mengapa ada tekanan ini pada Aljazirah secara khusus?
Trendle: Aljazirah telah memiliki pengalaman sulit bahkan sebelum 2011. Kami telah menutup kantor kami, wartawan kami dipenjara dan dibunuh bahkan sebelum itu. Sejak 2011, Aljazirah telah melaporkan tentang apa yang disebut Musim Semi Arab (Arab Spring) dan harapan serta impian generasi baru. Ini telah menjadi platform untuk suara pria dan wanita di jalanan. Saya pikir ada beberapa rezim dan pemerintah di kawasan yang merasa terancam oleh perubahan ini dan harapan serta idealisme generasi baru ini. Saya pikir itulah salah satu alasan mengapa Aljazirah menjadi sorotan dan penutupannya ada dalam daftar tuntutan (negara-negara Teluk).
AA: Ada tuduhan bahwa Aljazirah menghasut orang untuk memberontak melawan penguasa mereka dan turun ke jalan pada 2011. Apa tanggapan Anda terhadap tuduhan semacam itu?
Trendle: Aljazirah melaporkan apa yang terjadi, itu tidak menghasut apa yang sedang terjadi, itu adalah perbedaan yang sangat penting. Peristiwa atau revolusi atau pemberontakan berlangsung spontan. Kami mengikuti dan meliput demonstrasi ini. Kami tidak memimpin atau menghasut mereka.
AA: Ada juga tuduhan bahwa Aljazirah mendukung ISIS dan al-Qaeda. Bagaimana Anda membantah tuduhan tersebut?
Trendle: Kami menerima banyak tuduhan, seperti pro-ISIS, pro-Alkaeda, pro-Hizbullah, pro-Hamas, pro-Ikhwanul Muslimin, pro-Amerika. Saya harus menjadi pesulap jika saya pro semua hal ini di waktu yang bersamaan. Yang akan saya katakan adalah bahwa semua konten kami online dan siapapun bisa mengunjungi situs laman kami atau menonton saluran televisi kami, kemudian menilai sendiri. Saya menantang siapapun untuk menemukan laporan atau program yang "pro" siapapun.
AA: Di sebagian besar negara yang sekarang melawan Qatar, kantor Aljazirah ditutup atau wartawan serta stafnya diminta pergi. Apakah ini hanya sebuah reaksi terhadap kebijakan regional Qatar atau usaha untuk membungkam Aljazirah.
Trendle: Ada saat-saat di masa lalu di mana kita memiliki kantor kita yang ditutup di negara lain di dunia Arab. Kami telah memiliki pengalaman seperti itu sebelumnya. Tapi kita berada dalam situasi baru sekarang. Kami memiliki kantor yang ditutup di Arab Saudi dan sebuah kantor ditutup di Yordania. Kami telah memiliki sinyal (penyiaran) kami dan laman situs diblokir. Ini kejam.
AA: Permintaan penutupan Aljazirah dilihat oleh beberapa pengamat sebagai upaya untuk mencegah massa mengakses informasi. Bagaimana Anda memastikan bahwa hak masyatakat atas informasi dihormati?
Trendle: Kami melihat seruan untuk menutup Aljazirah sebagai upaya memberangus media dan kebebasan berkespresi. Kami mengutuk tindakan seperti menutup kantor, memblokir situs dan saluran televisi. Kami pikir tindakan mereka tidak bisa dibenarkan. Kami meminta semua pemerintah untuk menghormati peran jurnalis dan membiarkan mereka melakukan pekerjaannya tanpa diintimidasi. Kami berkomitmen untuk melanjutkan misi editorial kami di Aljazirah.
AA: Tiga pekan memasuki krisis ini (Qatar dengan negara-negara Teluk), Anda sebagai seorang jurnalis dan sebagai direktur organisasi media yang sangat penting, bagaimana Anda melihat semua ini berakhir?
Trendle: Saya akan meninggalkan krisis bagi para politisi. Adapun Aljazirah, kita akan melanjutkan, kemi berkomitmen untuk meneruskan. Kami tidak percaya ada orang yang berhak mencegah kebebasan berkespresi dan kebebasan berbicara. Kami tidak menyadari bahwa negara manapun memiliki hak untuk memberitahu negara lain untuk menghentikan (penyiaran/publikasi). Misalnya, ini seperti Jerman mengatakan kepada Inggris untuk menghentikan BBC. Kami tidak mengenali hak ini karena kami tidak dapat membayangkan Uni Eropa, misalnya, memberitahu Turki untuk menutup AA.
AA: Akankah Aljazirah mencairkan posisinya atau garis editorialnya akibat krisis ini? Apakah dipersiapkan untuk membuat konsesi?
Trendle: Kami akan terus menjalankan peran kami sebagai jurnalis, yaitu melaporkan dengan jujur dan adil serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit ke pusat kekuasaan. Kita tidak bisa mencairkan peran ini hanya karena pemerintah tertentu menginginkan kita melakukannya.