Rabu 12 Jul 2017 11:56 WIB

Hebron, Kota Warisan Peradaban Dunia di Palestina

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agus Yulianto
Masjid Ibrahimi di Kota Hebron, Tepi Barat, Palestina.
Foto: Al-Markaz Al-Filistini Lil I'lam
Masjid Ibrahimi di Kota Hebron, Tepi Barat, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengakuan PBB atas Hebron sebagai warisan peradaban dunia di Palestina masih menuai kontroversi. Duta besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, misalnya, sebagaimana dilansir Independent, Senin (10/7) lalu, menyebut, tindakan PBB itu sebagai “penghinaan terhadap sejarah.”

Tudingan Haley hanya beberapa jam setelah UNESCO menegaskan Hebron sebagai bagian dari Palestina, bukan Israel. Setali tiga uang, pihak Israel juga menuduh UNESCO tidak adil lantaran “mengabaikan” ikatan Yahudi dengan kota yang tersebut dalam Injil itu.

Namun, apa saja yang menjadikan Hebron situs bersejarah dunia?

Bagaimana hubungan Islam, Yahudi, dan Kristen dengan kota yang terletak di Tepi Barat itu?

Aljazeera, Selasa (11/7), menjelaskan, kota tua Hebron termasuk kawasan suci bagi kaum Muslim, yakni Masjid Ibrahim atau Haram al-Syarif. Rumah ibadah itu dibangun semasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab.

Di kota tua Hebron pula terletak situs suci bagi kaum Yahudi, yakni Makam Para Leluhur (Tomb of the Patriarchs). Bagaimanapun, kedua kaum beragama ini meyakini situs tersebut sebagai tempat Nabi Ibrahim AS dimakamkan.

Sementara itu, laman resmi UNESCO memerinci lebih lanjut. Kota tua Hebron memiliki nama lain Jabal ar-Rumaidah atau Khalil ar-Rahman.

Sejumlah penelitian arkeologis membuktikan, kawasan itu telah didiami kebudayaan sejak empat ribu tahun sebelum Masehi (SM). Peradaban yang signifikan terus berkembang di sana, sampai era Romawi dan masa kekhalifahan Islam Umayyah (661-750 M).

Selain Nabi Ibrahim AS, kota tua Hebron juga menjadi lokasi makam Nabi Ishaq dan Nabi Yakub serta para istrinya.

Periode Perang Salib telah mengubah wajah Hebron. Pada 1099, tentara Salib menguasai kota ini dan mengambil alih kompleks benteng yang bersisian dengan makam para nabi itu. Mereka menjadikannya gereja.

Kemudian, pada 1187 Sultan Shalahuddin al-Ayyubi membebaskan Hebron. Gereja tersebut diubahnya menjadi masjid.

Dalam masa keemasan Islam, Hebron menjadi kota istimewa berikutnya bagi kaum Muslim. Itu setelah Makkah, Madinah, dan Yerusalem.

Khususnya di masa Kesultanan Mamluk (1250-1516), Hebron menjadi pusat kebudayaan kaum sufi. Ratusan bangunan bernilai sejarah Islam didirikan. Dalam era Kesultanan Ottoman (1517-1918), Hebron mendapatkan bentuknya yang bertahan sampai sekarang.

UNESCO menilainya layak sebagai salah satu warisan dunia. Sebab, Hebron termasuk kota paling tua di dunia yang terus-menerus dihuni masyarakat sejak didirikannya sampai hari ini. Tentu saja, keberadaan makam Nabi Ibrahim menjadi daya tarik yang luar biasa. Sosok tersebut dihormati tiga agama besar dunia (Islam, Yahudi, dan Kristen).

“Potensi besar bagi kota ini, sebagai tempat untuk memunculkan rekonsiliasi di abad 21 kini. Itu juga yang lahir dari pemikiran bila dan ketika Hebron direkomendasikan ke dalam daftar Warisan Peradaban Dunia,” demikian kutipan rilis UNESCO dalam laman resminya, whc.unesco.org.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement