Rabu 20 Sep 2023 13:35 WIB

UNESCO Tetapkan Pusat Penahanan Militer di Argentina Sebagai Warisan Dunia

ESMA pernah menjadi pusat penahanan rahasia, sebagai Warisan Dunia PBB

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Bendera Argentina
Foto: AP
Bendera Argentina

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menetapkan Sekolah Mekanik Angkatan Laut Argentina (ESMA), yang pernah menjadi pusat penahanan rahasia, sebagai Warisan Dunia PBB. Penetapan ini adalah langkah untuk melestarikan bangunan bersejarah tersebut.

“Sekolah Mekanik Angkatan Laut menyampaikan aspek-aspek terburuk dari terorisme yang disponsori negara,” kata Presiden Argentina Alberto Fernandez kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) melalui pesan video pada Selasa (19/9/2023).

Baca Juga

Fernandez mengucapkan terima kasih kepada UNESCO yang telah menetapkan ESMA sebagai situs warisan budaya. “Kenangan harus tetap hidup,” kata Fernandez, dilaporkan Aljazirah.

Pada 1976, sebuah kelompok militer menggulingkan Presiden Isabel Perón dan memulai periode kediktatoran yang berlangsung hingga 1983. Di bawah kepemimpinan militer terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang meluas. Para pemimpin militer berusaha untuk membasmi perbedaan pendapat, aktivisme, dan pandangan politik sayap kiri.

Sebanyak 30.000 orang diyakini telah kehilangan nyawa mereka dan banyak dari mereka masih belum diketahui nasibnya.  Mereka menghilang begitu saja dalam tahanan militer dan tidak pernah terdengar kabarnya lagi, hingga 340 pusat penahanan bermunculan di seluruh negeri. ESMA adalah salah satu tempat tahanan yang paling awal. Tahanan dipindahkan ke ESMA pada hari-hari pertama kudeta.

ESMA juga akan menjadi salah satu fasilitas terbesar di Argentina. ESMA terletak di ibu kota Buenos Aires. Tata ruang sekolah di ESMA diubah menjadi tempat penyiksaan. Hanya sekitar 200 tahanan yang selamat di lokasi itu.

ESMA bahkan memiliki bangsal bersalin. Para tahanan yang hamil melihat anak-anak mereka diambil setelah dilahirkan. Anak-anak ini sering kali diadopsi ke dalam keluarga yang mendukung rezim diktator para pemimpin militer bersusah payah menyembunyikan kejahatan yang terjadi di ESMA, baik selama maupun setelah masa kediktatoran.

Pada 1979 ketika pengamat internasional tiba untuk menyelidiki klaim hak asasi manusia, para pekerja di ESMA memindahkan tangga menuju ruang bawah tanah. Mereka bahkan membangun tembok untuk menyamarkan tangga. Beberapa dekade kemudian, pada 2007, ESMA diubah menjadi situs kenangan. ESMA kembali untuk umum sebagai museum yang menceritakan kisah pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di lokasi tersebut.

Baru tahun ini, museum ESMA mengakuisisi sebuah pesawat yang digunakan untuk membunuh tahanan yang ditahan di lokasi tersebut, dalam praktik yang disebut penerbangan kematian. Para tahanan dilempar dari pesawat dalam keadaan hidup ke laut di tengah penerbangan, sebagai bentuk eksekusi. Penyelenggara museum berharap pesawat dan pameran serupa akan membantu generasi mendatang mengingat tragedi yang terjadi di ESMA, dan menggarisbawahi pentingnya demokrasi.

 UNESCO menambahkan lebih banyak situs ke dalam daftar Warisan Dunia....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement