Kamis 13 Jul 2017 07:03 WIB

Kolera Mewabah di Yaman, Ratusan Ribu Orang Menderita

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nur Aini
Peta Yaman.
Foto: Foto: lib.utexas.edu
Peta Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID,SANA'A -- Yaman tengah mengalami krisis kesehatan dengan epidemi kolera yang menjangkiti ratusan ribu warganya. Badan koordinasi bantuan PBB menginformasikan, wabah yang bermula sejak Maret 2017 telah menyebabkan hingga 313 ribu kasus kolera dan 1.706 kematian di 22 provinsi di Yaman.

Direktur Palang Merah Internasional untuk negara Yaman, Robert Mardini, mengatakan bahwa pihaknya mendiagnosis sekitar 7.000 kasus kolera baru dalam sehari. Sayangnya, penyakit yang mengancam itu tidak dibarengi fungsi infrastruktur medis yang memadai.

Atas permintaan pemerintah Yaman, PBB telah menyiapkan hingga satu juta dosis vaksin kolera untuk membantu menghentikan penyebaran penyakit. Lebih gawat lagi, pengiriman vaksin terancam tertunda bahkan ditangguhkan akibat situasi keamanan dan kesulitan logistik di negara tersebut.

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia Christian Lindmeier mengatakan bahwa sebanyak 500 ribu dosis vaksin saat ini tertahan di Djibouti, Afrika Timur. Ratusan ribu vaksin itu rencananya dialihkan ke beberapa negara Afrika lain yang rawan konflik agar dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.

Meski mudah dicegah dengan prosedur yang tepat, kolera tetap menyebar di Yaman akibat perang berkepanjangan yang mendampak sistem kesehatan, air, dan sanitasi. Vaksin juga tidak mudah diedarkan kepada publik karena memerlukan pendinginan dan suntikan tindak lanjut.

Koordinator Urusan Kemanusiaan PBB di Yaman, Jamie McGoldrick, mengungkap rencana pengiriman vaksin dirancang sebagai intervensi preventif. Meski dalam beberapa kasus dampaknya kurang optimal, ia melaporkan bahwa penanganan kasus di daerah yang mendapat pertolongan telah cukup stabil.

"Namun, masih ada banyak daerah di negara ini yang menunjukkan garis tren epidemi bergerak naik. Area tersebut, seperti sudah bisa dibayangkan, adalah yang terdekat dengan area konflik," kata McGoldrick, dilansir dari laman Independent.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement