Jumat 14 Jul 2017 06:13 WIB

Pemimpin Dunia Komentari Kematian Peraih Nobel Liu Xiabao

Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian.
Foto: Reuters/Charles Platiau
Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis menyatakan sedih atas kematian pembangkang Cina dan peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2010 Liu Xiabao pada Kamis (13/7) dan menyerukan penguasa Cina mengizinkan istri dan keluarganya bergerak secara bebas.

"Kendati telah mengalami masa penahanan yang cukup lama lebih 30 tahun, ia tak pernah berhenti membela, dengan keberanian, hak-hak fundamental dan kebebasan berbicara," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian dalam sebuah pernyataan.

"Hak-hak asasi manusia merupakan prioritas diplomasi Prancis di seluruh dunia dan, karena itu, isu ini adalah bagian dari dialog kami dengan Cina," kata Le Drian.

Kanselir Jerman Angela Merkel melukiskan Xiaobo sebagai pejuang bagi hak-hak sipil dan kebebasan berbicara yang berani. Xiaobo yang meninggal di Cina setelah tak memperoleh izin meninggalkan negerinya untuk memperoleh perawatan medis bagi kanker hati yang dideritanya.

Juru bicara Merkel juga dalam tulisan di Twitter mengatakan kanselir mengirim belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Xiaobo. Jerman pada Rabu mendesak Cina agar mengizinkannya meninggalkan negara itu guna mendapatkan perawatan medis di luar negeri.

Setelah pembangkang China itu wafat, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pada Kamis, pulau yang berpisah dari kekuasaan Cina itu mengharapkan Cina menunjukkan kepercayaan diri dan mempromosikan reformasi politik.

Tsai membuat komentar dalam sebuah pernyataan di halaman Facebooknya. Cina memandang Taiwan yang demokratis sebuah provinsinya yang membangkang, yang ingin dimasukkan di bawah kendali Beijing dengan kekerasan jika perlu.

Momen sulit

Kematian Xiaobo merupakan momen yang sangat sulit bagi para pegiat hak-hak asasi manusia Cina dan sebuah surat wasiat atas kebengisan Cina, ujar Ai Weiwei, seorang artis yang membangkang pada Kamis.

"Liu Xiaobo bukan penjahat," kata Ai kepada Reuters di studionya di Berlin, "Ia penulis, cendekiawan dan ia menghabiskan masa hidupnya untuk mencari cara-cara supaya masyarakat lebih baik."

Ketika ditanya apakah pemerintah Cina telah menyumbang bagi kematian Xiaobo dengan mencegahnya memperoleh perawatan untuk pengobatan kankernya di luar negeri, Ai mengatakan,"Cina menunjukkan betapa bengis kepada masyarakatnya."

Menurut dia, ini momen yang sangat sulit bagi para pembela hak-hak asasi manusia Cina. Ai telah tinggal di Jerman sejak 2015.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement