REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Cina meminta tokoh-tokoh asing berhenti mengomentari kematian Liu Xiaobo, peraih Nobel Perdamaian 2010 yang dianggap membangkang, dalam usia 61 tahun, Kamis (13/7).
"Kami minta negara lain menghormati kedaulatan hukum Cina dan tidak mencampuri urusan dalam negeri Cina," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, jUMAT (14/7).
Terkait diagnosis kanker hati yang dialaminya, lanjut dia, pihak terkait dan lembaga kesehatan Cina telah berupaya maksimal untuk memberikan perawatan secara manusiawi dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemimpin Dunia Komentari Kematian Peraih Nobel Liu Xiabao
"Cina itu negara berdasarkan undang-undang. Kasus Liu Xiaobo merupakan urusan dalam negeri Cina dan negara-negara asing tidak berhak memberikan komentar yang tidak patut," kata Geng.
Sebelumnya, Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian menyatakan sedih atas kematian Xiaobo dan menyerukan penguasa Cina agar mengizinkan istri dan keluarganya bergerak secara bebas.
"Kendati telah mengalami masa penahanan yang cukup lama lebih 30 tahun, dia tak pernah berhenti membela, dengan keberanian, hak-hak fundamental dan kebebasan berbicara," katanya sebagaimana dikutip Kantor Berita Reuters, Kamis (13/7).
Ia menyatakan bahwa masalah hak-hak asasi manusia menjadi prioritas diplomasi Prancis di seluruh dunia.
"Oleh karena itu, isu ini adalah bagian dari dialog kami dengan Cina," kata Le Drian menambahkan.
Kanselir Jerman Angela Merkel melukiskan Xiaobo sebagai pejuang bagi hak-hak sipil dan kebebasan berbicara yang berani".
Juru bicara Merkel juga dalam tulisan di Twitter mengatakan kanselir mengirim ucapan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Xiaobo.
Sementara itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengharapkan Cina menunjukkan kepercayaan diri dan mendukung reformasi politik, setelah kematian Xiaobo itu.