REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sekitar 400 pemerotes berkumpul di Sudut Pidato Singapura pada Sabtu dan mereka menyerukan penyelidikan independen atas apakah Perdana Menteri Lee Hsien Loong menyalahgunakan kekuasaan dalam perselisihan dengan saudara-saudara kandungnya atas apa yang dikerjakan terhadap kediaman mendiang ayah mereka.
Ahli waris Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama yang berkuasa cukup lama di Singapura yang meninggal pada 2015, berbeda pandangan atas apakah menghancurkan rumah keluarga itu yang berlokasi di 38 Oxley Road, atau mengizinkan pemerintah untuk memutuskan apakah rumah itu sebaiknya jadi situs peninggalan.
Adik lelaki Lee Hsien Yang, yang memiliki usaha properti, dan saudara perempuannya Lee Wei Ling, yang masih tinggal di sana, menginginkan rumah itu dihancurkan sesuai denegan keinginan ayahnya, daripada jadi tempat bagi sebuah dinasti politik.
Perselisihan di publik dalam sebuah keluarga yang menunjukkan kemapanan Singapura memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang tak mengenakan di sebuah negara kota yang berbangga diri jadi wilayah yang stabil di Asia Tenggara.
Perpecahan itu langka, tetapi isu tersebut memberi sejumlah orang amunisi unjuk rasa pada sabtu untuk menyampaikan frustrasi atas sebuah keluarga yang telah memasok dua dari tiga pemimpin Singapura sejak kemerdekaan tahun 1965.
"Singapura milik warga Singapura, dan bukan milik FamiLee," demikian tulisan di spanduk besar di panggung sebagai protes di Sudut Pidato itu, tempat yang disediakan khusus bagi orang-orang menyampaikan pandangan-pandangan mereka, berlokasi di sebuah taman dekat distrik keuangan kota itu.
Berdasarkan standar Singapura, jumlah pengunjuk rasa yang mencapai sekitar 400 orang, sebagian besar orang-orang setengah baya, cukup besar untuk sebuah unjuk rasa anti pemerintah. Demonstrasi memerlukan izin pihak berwajib guna memakai tempat itu tapi tak terlihat kehadiran polisi di sana saat itu.
Oposisi utama, yang hanya menguasai sejumlah kursi di parlemen, tak banyak memberi perhatian pada isu kontroversi tersebut yang pecah pada pertengahan Juni. Tetapi para penyelenggara unjuk rasa Sabtu memandang debat di parlemen awal bulan ini sebagai usaha untuk menutup-nutupi, setelah perdana menteri menyatakan bahwa pihaknya tak menemukan bukti substantif untuk mendukung tuduhan-tuduhan saudaranya bahwa ia menyalahgunakan kekuasaan.
"Kasus antara Lee Hsien Loong dan saudara-sauadaranya tidak hanya soal keinginan Lee Kuan Yew," kata osman Sulaiman, pengusaha dan pegiat politik, kepada massa.
"Ada tuduhan penyalahgunaan kekeuasaan. Dan tuduhan ini bukan berasal dari Tom, Dick atau Harry. Itu datang dari saudara kandung perdana menteri yang punya informasi yang umum tidak ketahui," kata osman yang mendapat sambutan dari demonstran.
Para penyelenggara menginginkan presiden Singapura membentuk sebuah komisi dan melakukan penyelidikan independen.