REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kepolisian Singapura sedang menyelidiki perusahaan yang dikendalikan oleh seorang pengusaha asal Pilbara, Australia Barat (WA), Veronica Macpherson. Wanita berusia 37 tahun ini merupakan dalang dibalik runtuhnya skema investasi bodong dimana ratusan investor asal Singapura dan Malaysia telah menyerahkan dana mereka senilai lebih dari $110 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.
Penyelidikan terhadap Macro Realty Development Pte Ltd oleh Kepolisian Singapura Unit Urusan Perdagangan ini terungkap dalam dokumen yang diajukan ke Pengadilan Federal oleh Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (ASIC). ASIC juga masih melakukan penyelidikan terhadap Veronica Macpherson atas potensi pelanggaran hukum berupa pencurian, penipuan dan pemalsuan.
Diperkirakan ada ratusan investor yang geram karena telah dijanjikan keuntungan investasi tahunan hingga 18 persen jika mereka menginvestasikan dana mereka ke Macro Realty Development Pte Ltd untuk pembangunan properti di Pilbara, tepatnya di sekitar Newman dan Port Hedland, Australia Barat. Namun sebaliknya skema investasi ini justru ambruk tahun lalu dimana pihak kreditor berhutang hingga $200 juta atau sekitar Rp2,2 triliun, menurut pihak likuidator.
Beberapa dari investor di luar negeri meyakini sebuah video perusahaan Macro Realty Development Pte Ltd yang pengambilan gambarnya dilakukan di parlemen Australia Barat (WA) dan turut menampilkan seorang politikus senior telah mendorong mereka untuk berasumsi kalau proyek tersebut mendapat dukungan dari pemerintah negara bagian tersebut.
Sebuah sumber yang memahami permasalahan yang mendera perusahaan ini mengatakan kepada ABC kalau banyak investor asal Malaysia dan Singapura menginterpretasikan video wawancara Veronica Macpherson dengan mantan pemimpin Partai Nasional Australia Barat, Brendon Grylls, itu bermakna skema yang dipromosikan oleh perusahaan Macro Realty Development Pte Ltd itu telah mendapatkan persetujuan pemerintah.
Sumber tersebut mengatakan banyak investor di Malaysia adalah bukan orang kaya atau memiliki pendidikan tinggi dan telah kehilangan tabungan seumur hidup mereka yang diinvestasikan dalam skema di Pilbara ini. "Begitulah isu yang dipahami para investor ini di luar negeri tersebut," kata sumber itu.
"Mereka mengira itu adalah skema investasi yang kredibel karena Brendon Grylls terlibat didalamnya.
Video itu difilmkan di dalam ruangan yang khusus ditujukan untuk tokoh-tokoh terhormat dari warga Aborijin pada akhir tahun 2014, setahun sebelum setidaknya skema itu bangkrut, dan setelah Brendan Grylls mengundurkan diri dari kabinet karena alasan urusan keluarga.
Dia juga menambahkan kalau dia ‘diharapkan akan berbicara dengan sejumlah investor potensial ..mengenai dimana saya melihat tingkat berikutnya dari sebuah kesempatan".
Foto-foto dan video di dalam gedung parlemen WA itu hanya bisa diambil dengan izin dari juru bicara atau Pemimpin Dewan Legislatif, namun Brendon Grylls belum memastikan apakah dirinya sudah mengusahakan dan menerima izin tersebut.
Sejak urusan yang membelit Macro Realty Development Pte Ltd terungkap ke publik tahun lalu, dia telah meminta agar video tersebut diturunkan dari situs perusahaan tersebut, tapi permintaannya itu belum dilakukan.
Brendon Grylls, yang kehilangan kursinya dari parlemen Pilbara awal tahun ini, menolak untuk berkomentar mengenai masalah ini, tetapi mengatakan kepada Parlemen WA sebelumnya kalau dirinya kecewa dengan bagaimana video tersebut itu digunakan.
Brendon grylls juga bukan satu-satunya tokoh publik yang terjebak dengan urusan Macro Realty Development ini, firma audit ternama Ernst and Young juga telah menominasikan Veronica Macpherson sebagai finalis Penghargaan Pengusaha Terbaik versi firma mereka pada tahun 2015.
"Saya pikir terkait Brendon Grylls, mereka mungkin telah memanfaatkan keterlibatannya atau dukungannya dan dia mungkin saja bersikap sedikit naif tapi [video tersebut] jelas telah menjadi salah satu faktor [yang mendorong investasi ini]," kata sumber itu.
Promosi di luar negeri
Skema investasi Macro Realty Development ini kencang dipromosikan melalui kampanye pemasaran yang cerdik di Singapura dan Malaysia dari tahun 2014 sampai akhirnya jatuh pada awal 2016. Peter Ling, agen real estate di Malaysia yang menghadiri seminar Macro development Pte Ltd di Kuching di Pulau Borneo pada tahun 2015 mengatakan acara tersebut menggambarkan sebuah lukisan dengan beragam warna’ mengenai perekonomianPilbara yang kuat dan permintaan perumahan yang tinggi di kawasan tersebut.
"Mereka mengatakan anda bisa menjadi bagian dari pembangunan [di Pilbara] ini. Anda berinvestasi melalui Macro dan anda tidak perlu membangun sebuah rumah karena memiliki rumah terlalu mahal di sana sehingga anda hanya perlu berinvestasi disana dengan mereka," katanya.
"Lalu Mereka mengatakan anda dapat menginvestasikan uang dalam jumlah X dan anda akan mendapatkan keuntungan investasi setiap tahun 17 sampai 18 persen."
Peter Ling, yang memiliki rumah di Perth, Australia Barat (WA) dan mempromosikan properti Australia di Malaysia, mengatakan generasi muda Malaysia yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yang menjalankan event tersebut telah menyiapkan jawaban untuk menampik kekhawatirannya dan membantah kalau masyarakat diminta untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan.
"Kami bertanya kepada mereka, apa yang anda promosikan? Apakah anda meminta kami untuk datang ke sebuah seminar properti, tapi kami tidak bisa membeli properti tersebut? Anda meminta kami untuk membayarkan sejumlah uang tapi apa jenis jaminan yang dapat anda berikan kepada saya untuk mendapatkan kembali uang saya? " ungkap Peter Ling.
Tahun lalu, Perusahaan Makro Realty Development Singapura telah menjadi subyek dari peringatan bagi para investor oleh Otoritas Moneter Singapura.
Informasi cenderung menyesatkan
Dalam dokumen ASIC, penyidik Gary Bertram menduga bahan-bahan informasi yang disampaikan kepada para investor oleh perusahaan di Singapura itu cenderung menyesatkan atau menipu.
Sebagai contoh, perusahaan itu mengklaim kalau material promosi mereka yang digunakan pada Bulan September 2014 mengatakan kepada para investor kalau perusahaan itu memiliki sumber pendapatan lain padahal tidak demikian adanya. Dan para penjamin memiliki aset tanah padahal tidak.
Menurut dokumen pengadilan skema investasi bodong ini telah berhasil mengumpulkan dana hampir $ 110 juta (sekitar Rp1,2 triliun) dari 1.700-an investor yang diberitahu kalau dana mereka digunakan untuk proyek pembangunan perumahan di tapi sebaliknya dana tersebut diduga digunakan untuk membiayai operasional perusahaan, termasuk pembayaran bunga kepada investor awal.
Salah satu likuidator yang ditunjuk untuk 78 perusahaan Macro yakni, Hayden White KPMG mengatakan kreditor berutang lebih dari $ 200 juta (hampir Rp2,2 triliun), sebuah angka yang masih akan terus meningkat karena bunga pinjaman akan terus menumpuk pada pinjaman tertentu.
Jatuhnya skema investasi ini diikuti oleh pembatalan izin jasa keuangan dan paspor milik Veronica Macperson tahun lalu, serta penutupan perusahaan terakhir miliknya di Australia yang masih aktif oleh Pengadilan Federal Australia pekan ini.
Kepolisian Singapura dan Veronica Macpherson, yang sebelumnya membantah kalau dirinya yang mengoperasikan skema bodong, telah dihubungi untuk komentar Kedua.
Apa dugaan ASIC?
ASIC menduga Macro Realty Development menjalankan skema investasi kosong yang mendorong menyediakan uang untuk mendanai pembangunan properti di Pilbara, termasuk Newman Estate tapi pembangunan ini tidak pernah terlaksana atau hanya berjalan setengahnya.
Para investor juga dijanjikan dana pengembalian keuntungan setinggi 18%.
ASIC juga menduga antara bulan Juli 2014 dan Maret 2016, lebih dari 1.700 investor perusahaan Macro Realty Development telah meminjamkan dana sebesar $110 juta dan menerima pembayaran bunga dengan menggunakan hampir seluruh dana yang dibayarkan oleh investor yang baru bergabung dengan skema tersebut.
Dokumen pengadilan juga mengatakan skema Macro ini jatuh ketika tidak memiliki bisnis baru yang mencukupi untuk memenuhi biaya operasionalnya termasuk tagihan bunga pinjaman yang melumpuhkan, sehingga perusahaan ini berhenti membuat pembayaran kepada para investor.
Ada sebanyak 981 investor asal Singapuran dan 651 orang dari Malaysia, 58 orang Inggris, 17 dari benua Eropa dan 31 dari Australia.
Jika Anda khawatir dengan kemungkinan skema kosong atau ingin melaporkan sesuatu, silakan kunjungi website MoneySmart ASIC.
Diterjemahkan pukul 11.00 WIB, 23//7/2017 oleh Iffah Nur Arifah dan simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.