REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM - Israel telah membongkar sejumlah perangkat keamanan di pintu masuk kompleks Masjid al-Aqsha di Yerusalem Timur. Pembongkaran ini dilakukan setelah terjadi demonstrasi dan kerusuhan mematikan dalam beberapa hari terakhir ini.
Pagar, gerbang, dan perancah tempat kamera pengintai dipasang sebelumnya telah dibongkar dari pintu masuk kompleks, pada Kamis (27/7) pagi. Pada Selasa (25/7), Israel telah melepaskan detektor logam dari pintu masuk kompleks, yang dipasang setelah sebuah serangan terjadi di lokasi tersebut pada 14 Juli lalu.
Warga Palestina mulai berkumpul di pintu masuk untuk merayakan pembongkaran perangkat keamanan ini pada Kamis (27/7), dini hari. Seorang pria Palestina di pintu masuk kompleks mengatakan kepada Aljazirah, dia ada di sana untuk merayakan kemenangan yang berarti.
"Hari ini adalah hari yang menyenangkan, penuh dengan suka dan duka pada saat yang bersamaan, duka cita bagi orang-orang yang kehilangan nyawa dan terluka," katanya kepada Aljazirah.
"Kami berada di bawah pendudukan dan Masjid al-Aqsha adalah garis merah untuk semua orang di Yerusalem, sebenarnya untuk semua orang di Palestina, dan Muslim seluruh dunia," ujarnya.
Sebuah ketegangan yang buntu telah berlangsung antara Israel dan jamaah Muslim di tempat suci itu, meski Israel telah membongkar alat pelacak logam. Kekhawatiran akan kerusuhan besar di akhir pekan ini muncul jika tidak ada resolusi yang ditemukan.
Jamaah Muslim menolak untuk memasuki lokasi suci tersebut dan memilih shalat di luar kompleks, selama lebih dari seminggu. Hal ini dilakukan setelah Israel memasang sejumlah perangkat keamanan baru di al-Aqsha.
Pihak berwenang Israel mengatakan alat pelacak logam dibutuhkan karena pada 14 Juli lalu, warga berhasil menyelundupkan senjata ke situs tersebut. Mereka kemudian menyerang petugas keamanan Israel dan menewaskan dua di antaranya.
Ratusan orang Palestina terluka dalam dua minggu terakhir dalam konfrontasi dengan pasukan Israel. Sebagian besar luka yang ditimbulkan oleh pasukan Israel berasal dari peluru baja berlapis karet.
Seorang pemukim Israel membunuh Muhammad Mahmoud (18 tahun) pada 21 Juli di Ras al-Amud, Yerusalem Timur yang diduduki. Seorang warga Palestina berusia 20 tahun, Muhamad Hasan Abu Ghanam, juga terbunuh oleh tembakan langsung saat demonstrasi di Yerusalem.
Pasukan Israel kemudian membunuh korban ketiga, Muhamad Mahmoud Khalaf (17 tahun), dalam bentrokan di Tepi Barat. Setelah itu, seorang warga Palestina masuk ke sebuah rumah di pemukiman Yahudi di Tepi Barat pekan lalu dan menusuk empat warga Israel, hingga menewaskan tiga orang.
Belum diketahui apakah otoritas Muslim akan memberikan persetujuan mereka kepada para jamaah untuk bisa masuk kembali ke lokasi tersebut. Mohammed Nuseibeh, wakil ketua Dewan Tinggi Waqf, mengatakan mereka tidak akan mengeluarkan tanggapan resmi sampai teknisi mereka pergi ke kompleks masjid dan mengevaluasinya.