REPUBLIKA.CO.ID, Pada 6 Agustus 1824 dalam pertempuran di Junan, pasukan Simon Bolívar mengalahkan Spanyol. Dia berhasil membebaskan Peru dari penjajahan Spanyol.
Seperti dilansir Biography Online, visi besar Bolivar tentang federasi Republik Amerika Latin yang ia bayangkan seperti Amerika Serikat terbukti sulit dilaksanakan.
Sering ada perlawanan dari berbagai daerah dan Bolivar terpaksa memakai cara diktator untuk mengatasi perlawanan tersebut. Pada tahun 1828, dia menghindari usaha pembunuhan terhadap dirinya dibantu oleh kekasihnya Manuela Saenz.
Saat menulis konstitusi Bolivia, dia membayangkan sebuah kepresidenan seumur hidup, serupa dengan gagasan konstitusional Inggris tentang seorang raja turun-temurun.
Bolivar sangat antiperbudakan, meskipun perbudakan menjadi bagian penting dari ekonomi Venezuela. Tapi, ide presiden seumur hidup ini tidak populer di dalam Gran Colombia.
Pada 1830, Bolivar mengundurkan diri dari kepresidenan. Menjelang akhir tahun itu, dia meninggal akibat TBC, mencegahnya untuk tidak pergi ke Eropa. Dalam proklamasinya yang terakhir kepada bangsanya, dia berbagi harapannya untuk perserikatan yang lebih besar.
"Orang Kolombia Keinginan terakhir saya adalah untuk kebahagiaan patria. Jika kematian saya berkontribusi pada akhir keberpihakan dan konsolidasi serikat pekerja, saya akan diturunkan dalam damai ke dalam kuburan saya," ujar Bolivar. Kata-kata ini dikutip dalam Man of Glory: Simón Bolívar (1939) oleh Thomas Rourke.