REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Kondisi Bandara Internasional El Prat di Barcelona, Spanyol, terancam semakin tidak menentu. Sebab, para petugas keamanan swasta di sana melakukan aksi mogok massal selama 24 jam sejak Ahad (13/8).
Sejak akhir Juli 2017, para petugas keamanan itu memang telah melancarkan aksi damai. Mereka menolak kesepakatan pembayaran yang ditawarkan perusahaan dan memprotesnya dengan berdemo.
Para pendemo mengeluhkan jam kerja amat panjang yakni 16 jam sehari. Mereka juga menganggap upah yang ada belum setimpal yakni antara 800 sampai 1.100 Euro per bulan (Rp 12,5 juta sampai Rp 17,3 jutaan).
Tuntutan kenaikan upah yang layak belum menemukan titik sepakat dengan perusahaan sehingga pekerja meningkatkan frekuensi demo menjadi mogok kerja. Situasi tersebut membuat lebih dari 1.000 penumpang kehilangan penerbangan selama dua pekan terakhir.
Menteri Infrastruktur Spanyol Inigo De La Serna memberi peringatan kepada para pemogok mengenai kemungkinan mengirim polisi untuk menghentikan aksi. Menurutnya, gerakan masif itu telah menjadi masalah bagi Catalonia dan Barcelona, serta merugikan penumpang dan memengaruhi citra negara.
Pengacara yang mewakili komite pemogokan, Leopoldo García Quinteiro, tidak sepakat dengan reaksi Menteri De La Serna. Pernyataan tersebut dianggap tidak proporsional dan bukan merupakan penyelesaian masalah.
"Hal ini bisa diselesaikan lebih awal jika pemerintah tanggap, tetapi sekarang De La Serna ingin mematahkan pemogokan yang merupakan hak konstitusional," kata Quinteiro, dikutip dari laman The Guardian.